ADAKAH korelasi antara ekonomi, politik, dan pertahanan sebuah negara dengan prestasi olahraganya? Data dua pesta olahraga akbar global, yakni Olimpiade, bisa dijadikan rujukan.
Ketika 10.500 atlet berlomba di 26 cabang olahraga Olimpiade 2012 di London, lima besar berturut-turut adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Inggris, Rusia, dan Korea Selatan. Empat tahun kemudian di Rio, posisi itu tak banyak berubah: AS, Inggris, Tiongkok, Rusia, dan Jerman.
Korelasi tercuat erat antara negara yang berprestasi dari sisi olahraga dengan kemajuan dari sisi ekonomi dan pertahanannya. Terlebih, olahraga di kelima negara itu bukanlah program parsial. Tidak sekedar hit and run, digalakkan hanya ketika menjelang sebuah turnamen olahraga. Seluruhnya terintegrasi dalam kehidupan masyarakat sejak bocah.
Semua pihak benar-benar terlibat sejak awal. Termasuk di bidang anggaran. “Kalau dihitung, nilai tiap medali emas (Tiongkok) di Olimpiade adalah 600 juta yuan (setara Rp1,31 triliun),” tulis Yuwen Wu, editor BBC.
Tak berlebihan jika spirit keterlibatan rakyat ini coba diadopsi Jawa Barat. Per September 2016 ini, sudah ada lima stadion sepakbola standar internasional yang selain memenuhi kaidah global, juga memiliki tongkrongan megah dan keren.
Kelimanya adalah Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GLBA) di Gedebage, Kota Bandung, Stadion Si Jalak Harupat di Soreang, Kabupaten Bandung, Stadion Pakansari di Cibinong, Kabupaten Bogor, Stadion Patriot di Kota Bekasi, dan Stadion Wibawa Mukti di Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi.
Meski masih mikroskopis, spirit semacam negara maju dalam pengembangan olahraga yang memasyarakat dan terintegrasi sudah coba dirintis Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan beserta kepala daerah di lokasi tersebut.
Stadion Pakansari yang berkapasitas 30.000 penonton, misalnya. Total biaya pembangunannya mencapai Rp525 miliar. Sumber dananya didapat bantuan Pemprov Jawa Barat, APBD Pemerintah Kabupaten Bogor, dan APBN.
Stadion Patriot awalnya dibangun tahun 1980 dengan kapasitas 5.000-10.000 penonton. Sejak 2011, stadion yang menjadi markas Klub Persipasi Bekasi itu ditingkatkan menjadi stadion bertaraf internasional. Proyek pembangunan stadion di atas lahan seluas 9,1 hektare ini menghabiskan dana sebesar Rp 450 miliar, yang lagi-lagi berasal dari skema sharing bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan APBD Kota Bekasi secara bertahap.