bandungekspres.co.id, BANDUNG – Kota Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia Smart City Forum (ISCF) 2016 yang diadakan di Ballroom The Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Soebroto, Kota Bandung pada 2-3 September. Kegiatan ini merupakan agenda Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional sebagai upaya memajukan konsep smart city.
Pertemuan tingkat nasional ini akan dihadiri perwakilan pemerintahan seluruh Indonesia. Dengan tujuan berbagi perkembangan smart city yang telah dilakukan masing-masing daerah.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menilai, kegiatan ini sebagai bagian dari hakekat pembangunan. Di mana pemerintah harus terus melakukan perubahan. Baik perubahan yang diinisiasi sendiri juga berkolaborasi dengan pemda lain.
ISCF 2016 berfokus pada implementasi hasil forum terhadap perkembangan smart city di Indonesia. Ini merupakan bentuk kontribusi Kota Bandung agar negeri ini dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam hal smart city.
Pada kegiatan ini menghadirkan para pembicara yang berasal dari berbagai elemen penentu kebijakan, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Dewan TIK Nasional (Wantiknas). Selain itu acara ini mengundang para kepala daerah yang tertarik untuk mengusung smart city di daerahnya, serta para pelaku industri di bidang teknologi dan informasi.
Menurut Ridwan Kamil, 70 persen permasalahan di Kota Bandung telah terselesaikan dengan konsep smart city. Yakni melalui ragam pemanfaatan teknologi informatika atau aplikasi yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.
”Kalau bicara angka dengan 300 aplikasi yang kami punya, saya boleh klaim 70 persen masalah yang dulu tak bisa diakses dan dikontrol kini bisa terselesaikan,” ucap pria yang akrab disapa Emil ini.
Aplikasi layanan aduan masyarakat (Lapor!) dan aplikasi pelayanan masyarakat berbasis online serta e–budgeting lainnya menjadi satu dari sekitar 300 perangkat lunak yang telah dibuat Pemerintah Kota Bandung untuk mendukung menyelesaikan permasalahan baik di lingkungan masyarakat maupun di internal birokrasi.
”Di Bandung semua dinas punya akun sosmed, dulu warga yang komplain ke saya hampir ribuan. Dengan sistem Lapor!, daya problem solving terselesaikan 70 persen. Saya paksa tiap dinas punya akun sosmed sendiri. Bukan berarti tidak ada masalah tapi keluhannya sekarang lebih merata,” ucapnya.