Warga Resah Konsumsi Minyak Jelantah

bandungekspres.co.id, SUMEDANG – Pasca digerebeknya rumah pembuatan minyak jelantah di Tanjungsari oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung, pada Jumat (12/8) dini hari, warga menjadi resah. Pasalnya, setiap hari warga menggunakan minyak curah dari pasar Tanjungsari.

Pada penggereban itu, petugas BPOM mengamankan 25 jerigen dan 25 ember berisi minyak jelantah yang siap diedarkan. ”Penggerebegan ini berdasarkan pengaduan masyarakat yang melihat kegiatan penjualan minyak bekas di Kabupaten Sumedang,” kata Kepala BBPOM Bandung, Abdul Rahim, di kantornya Jalan Pasteur Bandung.

Dari laporan tersebut, pihak BBPOM segera melakukan penyelidikan, lalu menemukan lokasi pengolahan minyak bekas di Tanjungsari. Diketahui, rumah penjualan minyak jelantah itu milik AM yang mempekerjakan tiga karyawannya setiap hari.

”AM ini mengolah kembali minyak yang sudah digunakan atau minyak jelantah. Padahal minyak goreng itu hanya boleh tiga kali dipakai,” kata Abdul.

Abdul mengatakan, sejauh ini dari hasil keterangan AM, ia membeli minyak goreng jelantah itu dari sejumlah pengepul. Setelah ditampung, AM kemudian mengolahnya untuk dijual kembali.

”AM dan tiga karyawannya ini telebih dulu menyortir minyak bekas tersebut kemudian disaring dan dijual kembali,” tandasnya.

Salah seorang warga asal Desa Cilayung Kecamatan Jatinangor, Agus Bustanul mengaku miris sekaligus marah terhadap adanya warga yang tega membuat minyak curah dari minyak bekas pakai atau jelantah.

”Tega yang buatnya, kan saya menggunakan minyak curah dari pasar hampir setiap hari. Ironisnya, saya mendengar dari berita minyak itu diproduksi 100 liter per hari. Ini jelas telah dikonsumsi oleh masyarakat,” katanya kepada Jabar Ekspres  kemarin (14/8).

Dia menutut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumedang untuk lebih teliti lagi dalam mengecek barang-barang yang dijual ke pasaran. Apalagi, minyak merupakan bahan komodoti yang sering digunakan warga.

”Harus ada sidak atau pengawasan, jangan sampai sudah kejadian baru ada sidak. Ini kan dipasarkannya tidak hanya di Tanjungsari. Melainkan ke sejumlah daerah termasuk ke tukang gorengan di sekolah-sekolah,” katanya.

Dulu, kata Agus, ada vaksi palsu. Namun, belum sempat diberantas ke akar-akarnya, sudah muncul minyak jelantah. Ini, kata dia, jika terus dibiarkan akan membuat pelaku pemalsuan barang merajalela.

Tinggalkan Balasan