165 Desa Bentuk Kelompok Ecovillage

bandungekspres.co.id, SOREANG – Sedikitnya 165 desa yang tersebar di 22 kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung, telah membentuk kelompok ecovillage atau desa berbudaya lingkungan. Jumlah ini menempatkan Kabupaten Bandung sebagai Kabupaten terbanyak dalam membentuk ecovillage dibanding kabupaten/ kota lain di Jawa Barat.

Ecovillage sengaja dibentuk dalam kerangka mendukung terwujudnya gerakan  Citarum Bestari (Bersih, Sehat, Lestari dan Indah) yang dicanangkan mulai tahun 2014 lalu. ”Pada tahun 2014 dimulai dengan membentuk ecovillage di 55 desa yang tersebar di lima Kecamatan. Menginjak tahun 2015, dibentuk lagi di 62 desa yang tercangkup di 8 Kecamatan, dan tahun 2016 ini kita bentuk lagi di 48 desa yang ada di 9 kecamatan, jadi keseluruhnya sekarang ada 165 desa,” ungkap Bupati Bandung H. Dadang Mohamad Naser SH MIp MIpol ketika membuka diseminasi pengembangan ecovillage di Gedung Moch Toha, Soreang, belum lama ini.

Turut hadir Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat DR Ir Anang Sudarna MSc Phd, Kepala BPLH Kabupaten Bandung Ir Atih Witartih, sejumlah kepala desa dan beberapa organisasi penggerak lingkungan.

Dadang mengatakan, urgensi dari program ecovillage adalah membangkitkan kembali nilai-nilai budaya sunda yang sudah terlindas oleh kondisi masa kini. Untuk itu, di Kabupaten Bandung sejak beberapa tahun lalu dicanangkan program ”Sabilulungan Raksa Desa” yang berintikan menjaga atau memelihara kondisi rumah, air bersih,  kakus, sampah dan alam sekitar. ”Antara Program Citarum Bestari dan Sabilulungan Raksa Desa tidak ada perbedaan, tinggal disinergikan saja,” ujar Dadang.

Gerakan Citarum Berstari menurut Anang Sudarna, merupakan program super prioritas di Jawa Barat yang harus segera diwujudkan. Mengingat  aliran sungai Citarum yang kualitasnya kini sudah menurun , banyak menyangkut kepentingan banyak orang  khususnya yang berada di 10 kabupaten /kota di Jawa Barat dan jutaan penduduk Jakarta.

Menurunnya kualitas Sungai Citarum, kata Anang, disebabkan oleh perilaku sebagian pihak yag kurang peduli terhadap kelestarian Citarum. Bahkan menurutnya, faktor perilaku menjadi akar masalah menurunya kualitas aliran sungai Citarum. ”Untuk mengubah situasi ini, maka kita bentuk ecovillage disetiap desa yang intinya memangun desa dengan konsep budaya lingkungan,” kata Anang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan