Presiden Buka World Islamic Economic Forum Ke-12

Bagi negara yang masih memiliki kantong kemiskinan, Jokowi menyebut ada sejumlah persoalan mendasar yang haris segera diatasi. Yakni, ketersediaan listrik, air bersih, dan akses transportasi. Pemerintah harus memastikan masyarakatnya tinggal di tempat yang bersih dan aman. Harus dipastikan pula pasokan makanan tetap aman.

Satu hal terpenting sekaligus tersulit yang harus dibangun adalah budaya keterbukaan. ’’Tidak hanya mentoleransi perbedaan, namun juga menghormatinya,’’ tambah Jokowi. Seluruhnya bisa dilakukan secara bertahap.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Abdul Razak menyatakan apresiasinya terhadap penyelenggaran WIEF kali ini. Dia menguraikan, banyaknya pengusaha yang menghadiri forum tersebut memberikan ruang bagi mereka untuk lebih berdaya saing dalam menambah modal. Dia mencontohkan, di negaranya, pihaknya memiliki masterplan untuk UMKM.

”Kami ambil diskusi yang membangun dan mengkaji ulang kebijakan demi ekonomi inklusi dan juga mendorong Foreign Direct Investment (FDI),” paparnya.

Menkeu Sri Mulyani menuturkan, bagi Indonesia, WIEF memberikan manfaat besar. Apalagi Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Karena itu, Indonesia memiliki kesempatan untuk berinvestasi baik melalui sistem syariah maupun konvensional. Indonesia juga mempunyai potensi keuangan Islami dan sejumlah produk-produk Islami.

”Forum ini juga berikan peran pada ekonomi kreatif fashion film budaya Islam. Indonesia miliki potensi besar untuk lakukan peran penting di situ dan mendorong perkembangan umkm dan industri kreatif dan mendorong pembangunan industri halal,” paparnya.

Sri juga menilai potensi pertumbuhan ekonomi negara Islam sangat besar. Alasan utamanya, saat ini pertumbuhan ekonomi di ASEAN sangat pesat. Di saat yang sama, laju pertumbuhan ekonomi di eropa melambat, dan euro melemah. Kawasan ASEAN menjadi salah satu pasar konsumsi yang pertumbuhannya paling cepat di dunia.

Konsumen muslim makin banyak berbelanja, sehingga mendorong peningkatan permintaan investasi. ’’Di sini, ada banyak kesempatan untuk berdialog dengan dunia barat,’’ ujarnya.

Hanya saja, dia menekankan stabilitas politik sebagai syarat untuk menciptakan pertumbuhan. Hal itu, lanjutnya sudah terjadi di Malaysia dan Indonesia, sehingga bisa menjadi motor penggerak bagi negara-negara lainnya.

Tinggalkan Balasan