Pengabdian Sepenuh Hati Djumail, Kepala SLB di Kolaka Timur

Djumail mendata sendiri anak-anak difabel di Kolaka Timur dan membujuk orang tua agar mau menyekolahkan mereka. Mengantar pulang siswa yang rumahnya jauh dan kondisinya mengkhawatirkan.

 RAMADHAN, Kolaka Timur 

DJUMAIL dengan sabar menggendong bocah itu menuju sepeda motor. Perlahan didudukkannya di bagian belakang sadel.

”Pegangan Bapak, ya,” katanya kepada Muhammad Albi, si bocah.

Pelan-pelan Djumail lantas beranjak ke bagian depan sadel. Dan, gruuung…sepeda motor pun distarter. Guru dan murid itu pun bersiap menempuh berkilo-kilometer menuju Kecamatan Loea, tempat tinggal Albi.

”Saya nggak tega membiarkannya pulang sendirian. Saya khawatir ada apa-apa di jalan,” kata Djumail kepada Kendari Pos (Jabar Ekspres Group) sesaat sebelum mengantarkan muridnya di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Tirawuta, Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, Kamis lalu (21/7).

Albi seorang difabel, persisnya tunadaksa. Rumahnya jauh, di kecamatan sebelah. Karena itulah, Djumail selalu menyempatkan diri untuk mengantarkannya pulang. ”Kalau saya sibuk, maka istri saya, Rosmini, yang mengantar,” tutur dia.

Itu hanyalah sebagian kecil pengabdian Djumail bagi murid dan sekolah. Pria 52 tahun tersebut mengabdi di sana sejak 2013, dua tahun sebelum sekolah itu resmi aktif.

Sekolah tersebut punya enam ruang kelas dan enam tenaga pengajar yang berstatus guru tidak tetap (GTT). Plus pimpinan SLBN yang dijabat Djumail. Kamis siang lalu itu suasana sekolah ramai.

Bangunan sekolah lumayan bagus karena baru dua tahun kelar dikerjakan. Beberapa siswa mondar-mandir di teras kelas dengan seragam SD dan SMP.

Sekolah tersebut memang menyatukan dua jenjang pendidikan dalam satu bangunan. Namun, fokusnya tetap bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Ada 29 murid di sana sekarang. Belum termasuk murid baru pada tahun pelajaran 2016-2017 yang baru dimulai. Sekolah tersebut juga menerima anak-anak putus sekolah.

Apa yang dicapai SLBN Tirawuta itu sejauh ini tak lepas dari kerja keras Djumail. Di awal-awal, sulit sekali membujuk orang tua para anak penyandang disabilitas untuk diikutkan dalam pendidikan formal.

Jadilah di masa awal tugasnya, dia memulainya dengan mendata anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh wilayah Koltim. Tentu saja itu tidak mudah. Rata-rata orang tua menolak jika anak mereka diajak bersekolah.

Tinggalkan Balasan