”Jika dihitung manusia berempat rata-rata 320 kilo gram, itu berarti dibebani 800 kili gram permeter perseginya,” terang Emil.
Sementara itu, terhadap empat lantai Stadion GBLA yang berkapasitas kursi sebanyak 38.000 tempat duduk (single seat), tidak kalah dari stadion yang pernah dia kunjungi. Sehingga, pada saat serah terima barang dari kontraktor PT Adhi Karya, Emil meminta kondisinya bersih dan baru kembali.
”Serah terima nanti kinclong lagi jangan ada debu debu, tidak ada keramik pecah, dicat kembali sesuai dengan standar serah terima proyek mulus. Saya pernah ke stadion Barcelona dan Madrid Stadion GBLA tidak kalah bagus,” tutur Emil.
Menurut dia, Stadion GBLA ke depan apabila telah siap digunakan pengelolaannya akan dilelangkan kepada pihak ketiga.
Sudah ada studi dari Unpad, kami dari Pemkot Bandung jika ada fasilitas baru tidak akan mengelola sendiri karena SDM Pemkot Bandung, terbatas lebih baik dikelola oleh profesional pihak ketiga. ”Fasilitas skala besar ini perlu di lelang. Mana yang punya pengalaman dan nilai ekonomi paling baik,” ungkapnya.
Kelayakan GBLA, dipertegas Ahli Bidang Jasa Konstruksi Kasatker Kementerian Pekerjaan Umum yang juga Ketua Tim Ahli bentukan Bareskrim Mabes Polri Priyo Susilo.
Menurut dia, uji beban skala penuh dasarnya SNI (standar nasional Indonesia tentang uji beban).
Menurut dia, di perencanaan, beban maksimal 500 kilo gram permeter persegi, artinya tiga kali lipat manusia yang ada. Dan beban tersebut dikalikan dengan faktor yang diuji 6 meter persegi seberat 5,4 ton di satu segmen. ”Jika dalam 24 jam lendutan maksimal melewati 7,54 milimeter sesuai rumus maka dinyatakan gagal tidak aman,” ucap Priyo. (edy/rie)