Makin Banyak Lelaki Suka Sejenis

bandungekspres.co.id, CIANJUR – Jumlah lelaki seks lelaki (LSL) di Kabupaten Cianjur semakin meningkat. Gerakan Penanggulangan Narkoba dan AIDS (GPNA) mencatat, sejak 2014 hingga akhir 2015, ada 3.283 orang LSL di Kabupaten Cianjur.

Ketua Yayasan GPNA Asep Mirda Yusup mengatakan, dalam tiga bulan pihaknya menemukan 300 LSL baru dan mayoritasnya masih usia sekolah.

”Bayangkan, dari Agustus hingga Desember 2015, jumlah LSL mencapai 300 orang. Sebanyak 80 persen di antara mereka adalah usia-usia produktif antara 16 sampai 22 tahun,” ujar dia kemarin (16/5).

Asep menjelaskan, ribuan LSL itu awalnya adalah korban. Sebab, penanggulangan yang buruk terhadap korban-korban perilaku sodomi itu, mereka kemudian menjadi pelaku.

Faktor lain, lanjut dia, LSL atau gay sudah menjadi gaya hidup bagi beberapa kalangan di Cianjur. Sejumlah LSL bukan hanya mencari kepuasan, tetapi juga membayar untuk kepuasan itu.

”Kondisi ekonomi juga sangat berpengaruh. Anak-anak belia rela mengorbankan diri demi barang-barang yang diimingkan kepadanya. Seperti pakaian, gadget, dan barang lainnya,” kata dia.

Menurutnya, LSL di Cianjur sudah menjadi penyakit menular. Dalam catatan GPNA, satu orang LSL bisa mengajak sepuluh orang normal menjadi LSL dalam waktu setahun. ”Kalau semeter terakhir sudah 300 orang, dikali sepuluh. Mungkin tahun depan nambah 3000 lagi. Atau jika sekarang ada 3.000 tahun depan bisa sampai 30.000,” tuturnya.

Menurut Asep, dampak paling berbahaya dari perilaku seks menyimpang yakni HIV/AIDS. GPNA mencatat, selain LSL, di Cianjur ada 840 wanita pekerja seks, 239 orang waria, dan 125 orang pengguna narkoba suntik (Penasun). ”Sebanyak 515 orang di antara mereka positiv HIV atau 20 persen,” tuturnya lagi.

Asep menambahkan, jalan lain bagi yang belum ditetapkan HIV oleh medis, selain berhenti dari perliaku menyimpang tersebut. Pasalnya yang terjangkit HIV/AIDS adalah yang tak mau berhenti meski sudah dirangkul berkali-kali.

”Kami sudah menjangkau mereka. Tetapi perlu waktu lama agar sesorang bisa berubah. Sayangnya, pemerintah kabupaten Cianjur terkesan abai terhadap persoalan ini. Kalau betul HIV/AIDS merupakan masalah serius, pemerintah mestinya turun tangan,” tandasnya. (bay/rie)

Tinggalkan Balasan