Sementara itu, kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Silyana Ratina mengatakan, pihaknya dengan pengelola sudah sepakat mensterilkan 500 meter area gajah dari pengunjung. ”Radang paru yang dialami oleh gajah Yani diakibatkan oleh bakteri. Sehingga agar area gajah bisa disterilkan dari pengunjung,” katanya.
Kalau pun ada pengunjung yang akan menglihat gajah bisa dengan masker. Terkait uji labolaturium gajah akan bisa diketahui tiga bulan selajutnya. Nantinya kondisi lab dari gajah yang mati akan dicocokan dengan gajah yang hidup.
Nantinya dari sana, bisa diketahui apa penyakit yang menyerang dari gajah tersebut. Selain itu, pihak pengelola juga sudah menyiapkan dana untuk perbaikan di beberapa bagian kebun binatang. Serta akan dibantu oleh pihak Taman Safari Indonesia.
Dia menegaskan, pengelolaa air dan sanitasinya harus ada. Sejerahteraan hewan, satwa di sini harus bebas dari haus dan lapar. Selanjutnya harus bebas dari luka dan penyakit. Lalu, Tidak nyaman terhadap lingkungan, rasa takut serta tekanan dan prilaku normalnya harus tetap terjaga di lingkungan.
Dia mengatakan sebenarnya memang malah lebih aman untuk ditutup sementara bagi seluruh pengunjung, mengingat belum diketahuinya bakhteri penyebab radang paru-paru gajah Yani. Radang paru biasanya disebabkan oleh bakhteri yang bisa berkembang secara sporadis. ”Tolong media tetap ikut monitor, biar pengelolanya benar-benar tergugah untuk segera berbenah,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan, untuk di pintu satu, pihak keamanan hanya memberitahukan pada secarik kertas bahwa para pewarta tidak bisa melalukan peliputan. Hal itu sebagaimana kesepatan dari BKSDA, BKPSI, Kehutanan dan Dirjen.
Humas Kebun Binatang Sudaryo mengatakan, sakitnya sepuluh rusa tersebut disebabkan karena kondisi curah hujan yang cukup tinggi. ”Kami tidak bisa melakukan apa-apa untuk kondisi seperti ini,” katanya. (nit/rie)