Memprovokasi Publik, Presiden PBFC Disanksi

 

bandungekspres.co.id, JAKARTA – Kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) baru berjalan dua pekan. Namun, banyak pelanggaran yang sudah masuk ke meja Komisi Disiplin (Komdis) ISC. Dari sejumlah kasus yang masuk tersebut, paling banyak adalah yang melanggar pasal tanggung jawab perilaku penonton sepanjang pertandingan dan provokasi publik.

Ratu Tisha Destria, Direktur kompetisi dan regulasi PT Gelora Trisula Semesta  (PTGTS) selaku operator kompetisi, menyebutkan, total ada 12 kasus yang masuk ke meja Komdis ISC. Namun, hanya sepuluh di antaranya yang layak disidangkan. ”Sementara dua kasus lainnya karena dianggap terlalu ringan. Sehingga diputuskan untuk tidak dilanjutkan,” ungkapnya.

Sejumlah kasus tersebut tidak hanya dari ISC-A alias tim-tim kasta tertinggi, namun juga dari ISC-B. Nah, dari sejumlah kasus tersebut, Arema Cronus dan Semen Padang termasuk yang mendapat sanksi denda Rp 10 juta akibat penontonnya menyalakan flare di atas tribun serta melakukan pelemparan sepanjang laga.

Selain itu, ada juga presiden Pusamania Borneo FC (PBFC) Nabil Husen Said Amin yang dihukum larangan berada di bench selama dua pertandingan karena melakukan provokasi publik saat Pusamania bertandang ke markas Bali United akhir pekan lalu. Ketika itu, Nabil terlihat berdiri di hadapan tribun VIP Stadion Kapten I Wayan Dipta sambil menantang para penonton.

”Sanksi yang kami berikan saat ini masih bersifat sementara. Artinya, kalau mereka yang dihukum tidak juga jerah, maka kami akan melipatgandakan hukuman kepada mereka. Bisa saja denda uang yang saat ini hanya Rp 10 juta, bisa bertambah menjadi ratusan juta di kemudian hari,” tegas Tisha.

Sementara itu, ketua panitia pelaksana pertandingan Arema Cronus, Abdul Haris mengatakan bahwa mereka akan berusaha menindak tegas para Aremania, pendukung Arema yang doyan menyalakan flare saat laga masih berlangsung. ”Kami akan bersikap tegas dan bakal lebih ketat melakukan pemeriksaan kepada setiap penonton. Kami tidak mau tim ini mendapat sanksi lebih berat,” kata Haris. (ben/rie)

Tinggalkan Balasan