MAYORITAS masyarakat pernah mengalami ditindih hantu atau dalam bahasa Jawa dibilang tindihan. Padahal secara ilmiah itu disebut sleep paralysis.
Empat hari lalu Wara Hendarti, 72, merasa tidak bisa bergerak saat tidur. Dia merasa ada sesuatu yang menindihnya. Mau minta tolong pun mulut tidak bisa berkata-kata.”Setelah disentuh suami, saya baru bisa bergerak,” cerita Wara. Beberapa saat setelah itu, kejadian tersebut berulang.
Hal tersebut tidak kali pertama dialami perempuan yang lahir pada 24 Januari 1944 tersebut. Kejadian tidak bisa bergerak waktu tidur sudah dialaminya secara berulang sejak muda. Setiap Wara tidur, harus ada yang menemani. ”Kalau tidak bangun-bangun itu sempat takut, jangan-jangan mau mati,” tuturnya.
Di keluarganya, Wara bukan yang pertama mengalami tindihan. Ayah dan adiknya pun sering mengalami tindihan. Hal yang sama sering dialami Andi Rahman, 23. Dia malah sampai hafal kapan mau tindihan. ”Kalau telinga berdenging, itu pasti mau tindihan,” kata Andi.
Ngerinya, setiap tindihan, Andi selalu merasa ada makhluk mengerikan yang menekan tubuhnya. Lantaran seringnya mengalami hal itu, setiap tidur Andi mengapit sapu yang dihadapkan ke atas. ”Biar makhluk halusnya tidak bisa menindih saya,” imbuhnya. Andi mengungkapkan, ketika mengalami kecemasan atau sedang banyak pikiran, dirinya pasti mengalami tindihan.
Menurut dokter spesialis saraf dr Wardah Rahmatul Islamiyah SpS, sleep paralysis bisa dialami siapa pun. Sleep paralysis merupakan kondisi di antara bangun dan tidur. Penderita sudah bangun, namun otak tidak bisa memerintah otot untuk bergerak karena masih dalam fase tidur. ”Ibaratnya itu motor belum panas,” jelasnya.
Sleep paralysis biasanya terjadi pada fase tidur rapid eye-movement (REM). Fase tersebut merupakan saat tidur paling nyenyak. Seluruh otot dalam keadaan rileks. Saat REM itulah terjadi mimpi. ”Tandanya, mata akan bergerak-gerak,” kata Wardah.
Sebenarnya, tidur mempunyai empat fase. Yakni, stadium pertama adalah ketika orang dalam kondisi setengah sadar, namun masih bisa mendengarkan lingkungannya. Jika dibiarkan, mereka akan masuk fase kedua, tidak mendengar namun masih mudah dibangunkan. Nah, stadium ketiga adalah fase ketika seseorang tidur dan susah dibangunkan. Fase puncak adalah REM.