Terdampak itu, apresiasi terhadap jasa pahlawan mengalami degradasi di tanah airnya sendiri. Sebagai generasi penerus bangsa selayaknya kita menanamkan rasa nasionalisme dan membangkitkan jiwa patriotik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat hakikat bangsa Indonesia merdeka, jelas Isa, tidak lepas dari jasa pahlawan.
”Para pahlawan itu, telah berhasil membawa bangsa ini merdeka dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdiri di atas kaki sendiri serta berbudaya,” ujar Isa.
Sesungguhnya hal itu menjadi kebanggaan terutama terhadap warisan leluhur dan jasa pahlawan kemerdekaan. Begitu pula terhadap tragedi 23 Maret 1946 di Kota Bandung.
Kota Kembang dibakar penduduk yang tidak rela tanah kelahirannya diduduki penjajah. Serangan umum ke tanah parahyangan dihujani bom, ditembaki dengan membabi buta dari darat, dan udara oleh tentara Belanda.
Walaupun demikian, tetap terjadi pertempuran sengit antara rakyat Bandung dan tentara Belanda. Bentrokan bersenjata memuncak dengan terbunuhnya Muhammad Toha dan kawan seperjuangannya. ”Itulah bentuk tekad yang kuat pertahankan tanah leluhur yang enggan dikotori diduduki penjajah,” sebut Isa.
”Maka, terjadilah peristiwa berdarah antara warga Bandung dan tentara Belanda yang akhirnya membuat Bandung jadi lautan api,” tambahnya.
Perang besar-besaran yang terjadi di Bandung, juga menggugurkan banyak pahlawan dan warga. Atas dasar itu, tanggal 23 Maret dikenang sebagai Bandung Lautan Api. ”Itu sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa para pahlawan,” pungkas Isa. (edy/rie)