Selain di Cakung, total ada 11 Pusat Logistik Berikat yang kemarin diresmikan secara simbolis. Di antaranya terletak di Cikarang, Karawang, Denpasar, dan Balikpapan. ”Target kita, pusat logistik ini nanti ada di semua provinsi,” ujar Jokowi.
Dia mengibaratkan, selama ini banyak gudang logistik di Indonesia seperti warung yang menyimpan berbagai barang dan pelayanannya biasa-biasa saja. Karena itu, dengan pengembangan Pusat Logistik Berikat, kapasitas dan layanannya harus modern. ”Dulu seperti warung. Sekarang harus menjadi supermarket,” sebutnya.
Dalam cara kerjanya, Pusat Berikat Logistik sangat terkait dengan sektor kepabeanan. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan, Pusat Logistik Berikat ini merupakan pengembangan dari skema Gudang Berikat.
Bedanya, Gudang Berikat hanya bisa digunakan untuk menyimpan barang milik satu perusahaan. Adapun Pusat Logistik Berikat bisa digunakan oleh banyak perusahaan untuk menyimpan barang mereka. ”Ini akan sangat membantu pelaku usaha,” ujarnya.
Bambang menyebut, salah satu insentif fiskal yang diperkirakan bakal menarik pelaku usaha adalah penangguhan bea masuk dan pajak terkait. Dengan begitu, bea masuk baru dibayarkan pada saat barang dikeluarkan dari Pusat Logistik Berikat dan dikirim ke konsumen.
Presiden Direktur PT Cipta Krida Bahari (CKB) Imam Sjafei menyebut, pihaknya selaku operator Pusat Logistik Berikat di Cakung, Jakarta, sudah mendapat banyak permintaan dari importer untuk menggunakan gudang yang ada di Pusat Logistik Berikat miliknya. ”So far (sejauh ini), importir tertarik,” katanya.
Menurut Imam, saat ini gudang-gudang yang ada di Pusat Logistik Berikat di Cakung banyak digunakan perusahaan klien untuk menyimpan alat berat dan suku cadangnya. ”Asalnya ada dari Amerika, Inggris, India, China (Tiongkok), dan Jepang,” ucapnya.
Selain mendorong perkembangan Pusat Logistik Berikat, Jokowi menyatakan jika strategi lain yang ditempuh pemerintah untuk menekan biaya logistik adalah dengan membangun infrastruktur transportasi yang efisien. ”Biaya logistik kita 2 sampai 2,5 kali lipat dari Singapura dan Malaysia. Ke depan, minimal harus sama atau lebih baik,” katanya.
Salah satu contoh konkret perbaikan sistem transportasi adalah pembangunan kereta api yang langsung terhubung ke Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu, layanan di pelabuhan juga dibenahi agar proses bongkar muat (dwelling time) bisa terus ditekan. ”Kalau ini tidak dibereskan, jangan bermimpi kita dapat bersaing dengan negara tetangga,” ucapnya.