Alamsyah Cheung dan Darren Suciono yang Mengotaki Aplikasi Fox Logger

Namun bukan seperti peta biasa di telepon genggam. Tapi dikembangkan lebih jauh hingga mampu mengefisienkan kendaraan. Setelah diskusi panjang lebar, akhirnya dibuatlah fitur merekam jalur tempuh kendaraan, jarak tempuh, dan konsumsi bahan bakar. ”Kalau hanya memindahkan GPS ke handphone, sama saja dengan yang lainnya,” ujar dia.

Tapi, baru akan mulai melangkah, Alamsyah mendapatkan hambatan besar. Usaha jual beli GPS miliknya terkena musibah. Rekan seprofesi menipunya habis-habisan.

Padahal, Alamsyah semula merencanakan ingin menambah tabungan dan modal dari jual beli GPS itu. ”Bisa dibilang, saat itu saya bangkrut. Tapi, dengan modal sekecil apa pun dan kekurangan seperti apa pun, rencana ini harus terwujud,” tegasnya.

Akhirnya Alamsyah dan Darren mencoba mengumpulkan teman-teman mereka dengan beragam latar belakang. Ada yang ahli soal desain; ada pula yang pakar teknologi informasi. Keduanya mencoba merayu mereka untuk ikut membantu mewujudkan aplikasi tersebut.

Namun, dari perbincangan dengan rekan-rekan mereka itu, keduanya sadar, membuat software khusus aplikasi memang butuh ahlinya. Sampailah mereka pada dua pilihan: membeli software dari Tiongkok atau membuat software sendiri.

Pilihan yang tak mudah. Sebab, kalau membeli software dari Tiongkok, selain mahal, juga sudah pasaran. Lagi pula, software impor tersebut juga software yang tidak lagi bisa dikembangkan. Karena itu, mereka memutuskan mengambil opsi kedua. ”Tantangannya, kami harus menemukan seseorang yang bisa membuat software aplikasi,” ungkapnya.

Darren lantas teringat pada seorang temannya yang lain. Si teman itu sarjana teknologi informasi. ”Setelah saya rayu, akhirnya kami dibuatkan software dengan harga yang pas dan tidak mahal. Apalagi, software ini juga software development atau bisa dikembangkan,” papar Darren.

Aplikasi berbasis GPS impian mereka itu akhirnya selesai pada Juli 2015. Dinamai Fox Logger, aplikasi tersebut membutuhkan alat GPS, kartu telepon khusus, dan sebuah smartphone untuk menjalankan sistem.

”Alat GPS itu untuk membantu mendeteksi kendaraan. Sedangkan kartu khusus ini agar terkoneksi dengan internet supaya bisa dilihat ke handphone,” terang Darren.

Keuntungan memiliki software yang masih bisa dikembangkan terbukti saat mereka berdiskusi dengan perwakilan Pemprov DKI. Keinginan pemprov begitu spesifik. Salah satunya, ingin mendeteksi sebuah truk sampah yang keluar dari jalur. ”Fitur semacam itu belum ada dalam aplikasi tersebut,” kata Alamsyah, lelaki kelahiran 8 Desember 1987 itu.

Tinggalkan Balasan