bandungekspres.co.id – Berdasarkan rancangan peraturan daerah kawasan Bandung utara (KBU) yang baru, terdapat 16 kelurahan yang hilang. Dengan rincian, tiga kelurahan di Kota Cimahi, tujuh kelurahan di Kabupaten Bandung Barat, dan enam kelurahan di Kota Bandung. Semula kelurahan di KBU mencapai 107, kini mencapai 91.
Menurut Ketua DPKLTS Taufan Suranto, 16 kelurahan tersebut jelas masuk kawasan hijau. ’’Lalu kenapa dihilangkan? Dengan adanya perda yang baru, daerah yang masuk KBU harus lebih banyak lagi,” ungkapnya dalam konferensi pers, di Bandung, kemarin.
Selain itu, dengan pembangunan kereta cepat, terdapat beberapa kawasan yang akan rusak. Apalagi pembangunan kereta cepat melanggar tata ruang dan lingkungan hidup. Ditambah lagi dengan adanya pembangunan kawasan Kota Baru Walini sekitar 3 ribu hektar. Serta, rencana pembangunan akses jalan dari Manglayang menuju Lembang.
’’Belum lagi dengan alih kepemilikan lahan setempat kepada pengusaha luar Kota Bandung. lalu ekspansi bisnis properti semakin masif. Itu akan semakin merusak wilayah KBU,” katanya.
Di tempat sama, Ketua Lima Peta Imanda Pramana menuturkan, KBU memiliki posisi dan peran yang strategis, yaitu merupakan daerah tangkapan air bagi hamparan cekungan Bandung. ’’Memiliki hidrologis yang mendukung keberlanjutan serta daya dukung lingkungan hidup di cekungan Bandung,” ucapnya.
Dia menjelaskan, ada 70 persen cadangan air tanah di cekungan Bandung. KBU juga penyerap emisi karbon yang disebabkan oleh aktivitas pembangunan di kawasan cekungan Bandung. Selain dianggap sebagai kawasan hijau yang menyediakan oksigen dan udara yang sehat.
Menurutnya, kerusakan KBU berdampak pada semakin luasnya banjir di cekungan Bandung, khususnya Bandung selatan. Sekitar 70 persen banjir di Kawasan Bandung Selatan disebabkan oleh aliran air dari sungai yang berasal dari KBU. “KBU tempat yang sangat baik sebagai bendungan air alamiah. Akan tetapi, ketika perizinan KBU diambil oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang terjadi malah semakin banyak pembangunan,” keluhnya.
Banyaknya bencana yang terjadi, dirasakan juga oleh salah satu warga Kecamatan Cimeyan, Tatang Ojo. Hampir setiap kali hujan, pihaknya selalu merasakan banjir. Bahkan dalam bencana terakhir merugikan kurang lebih 150 kepala keluarga (KK). Bukan hanya bencana, saat ini pembangunan di KBU semakin banyak. Direncanakan terdapat 1250 rumah dan 15 tower apartemen akan dibangun di KBU. “Yang makin parah, Sungai Ciosah yang panjangnya tujuh meter kini berkurang menjadi tiga meter,” ungkapnya.