Bertahan Jadi Petani Kangkung

bandungekspres.co.id – Kampung Margaluyu, Kelurahan Margasari Kecamatan Buah Batu Kota Bandung, disebut sebagai pusat pertanian kangkung terbesar di Kota Bandung. Pasalnya, semua pasar yang ada di Kota Bandung mengambil kangkung di wilayah tersebut.

Roni Abdurachman, Ketua RW 09 yang juga petani kangkung mengatakan, hampir 80 persen warga di Margaluyu berprofesi sebagai petani sayur mayur. Adapun sayuran yang biasa ditanam para petani antara lain, kangkung, bayam dan timun. Namun mayoritas petani lebih suka menanam kangkung ketimbang sayuran lainnya.

’’Kalau tanaman padi di Margaluyu masih ada tapi hanya beberapa kotak sawah saja, selebihnya lebih memilih menanam sayuran kangkung,’’ kata Roni kepada Bandung Ekspres saat ditemui di sawah miliknya, Kawasan Margaluyu, Kelurahan Margasari, Buah Batu, kemarin (15/2).

Menurutnya, pertanian jenis kangkung ini membutuhkan waktu tanam hingga panen selama 25 hari, untuk pemberian pupuk dua kali pertama saat penanaman dan pertengahan, kangkung Margaluyu sudah terkenal di pasaran. Karena semua pasar yang ada di Kota Bandung merupakan pasokan dari para petani yang ada di Margaluyu.

’’Harga satu ikat kangkung biasa dijual dengan harga Rp 350 dari petani, namun itu tidak diterima bersih, karena harus membayar kuli yang mengambil di sawah dan yang mengikat. Paling sisa bersihnya berkisar Rp 250,’’ ujar yang juga aktif sebagai anggota karang taruna Buah Batu ini.

Sementara itu, Mamah Salamah, 45, salah seorang buruh tani kangkung mengatakan, sebagai buruh tani kangkung yang sudah menekuninya sejak berusia 13 tahun. Tentu saja ini merupakan pekerjaan yang memang sudah tidak bisa ditinggalkannya, karena pekerjaan ini memang sudah menjadi keahliannya sejak dulu.

’’Saya belajar bertani kangkung sejak masih duduk di bangku SD, dengan cara membantu orang tua bersama sama dengan kakak saya,’’ paparnya.

Mamah berharap, dengan berkembangnya zaman dan banyaknya pembangunan perumahan di Wilayah Margaluyu, tentu akan bisa mengancam mata pencahariannya. Karena dikawatirkan daerahnya akan ikut terkena dampak alih fungsi lahan. Sehingga pemilik lahan akan menjual sawahnya yang mengakibatkan berkurangnya pertanian karena dijadikan perumahan.

Tinggalkan Balasan