Temukan Ratusan Orang yang Mengaku Nabi

”Kalau definisi itu diterapkan secara konsisten saat ini, banyak agama di Indonesia yang lolos,” ucapnya. Salah satunya adalah Subud yang memiliki pengikut di 80 negara.

Al Makin mengakui, dia selalu tertarik ketika mendengar informasi adanya orang di sebuah daerah yang mengaku sebagai nabi. Dia akan berupaya datang dan bersahabat dengan sang nabi.

Saat ini, tutur dia, yang perlu digarap bagi generasi muda adalah menanamkan kesadaran bahwa dunia, khususnya Indonesia, memiliki keragaman. Di sekitar mereka tumbuh berbagai macam agama. Tidak cukup sebatas toleransi ala Orde Baru. Misalnya, membiarkan gereja berdiri di kampung yang mayoritas berpenduduk muslim.

Aliran kepercayaan yang selama ini banyak diketahui publik, menurut ayah Nabiyya dan Dei itu, sebenarnya juga agama. Hanya, pemerintah menyebutnya dengan istilah aliran kepercayaan.

Secara terpisah, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof Dede Rosyada menjelaskan, kemunculan agama dan nabi yang begitu banyak di Indonesia memang tidak lepas dari sisi religiusitas masyarakat yang begitu kental. Ditambah, adanya dukungan pemerintah. ”Indonesia ini unique country ya, karena negara mengurusi agama,” terangnya.

Senada dengan Al Makin, Dede menyarankan masyarakat untuk menghormati setiap keyakinan yang berbeda dengan yang diyakininya. Masyarakat cukup meyakini agama yang memang membuat mereka nyaman. ”Amalkan ajaran agama masing-masing dan jangan mengganggu (agama, Red) yang lain,” tambahnya.

Kini Al Makin tinggal menunggu penerbitan bukunya di Leiden, Belanda, oleh penerbit Springer. Buku itu diterbitkan di Negeri Tulip bukan untuk menghindari sesuatu, misalnya meningkatnya radikalisme dan kekerasan kepada kelompok minoritas. Tapi, lebih pada mengekspor ilmu pengetahuan.

Toh, nanti buku tersebut juga akan diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia. ”Kita punya banyak ilmu, namun sangat sedikit yang ditampilkan di dunia internasional,” ujarnya. (*/c5/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan