Ide bisnis ikan lele itu pula yang lantas diikutkannya dalam BMC Business Plan Competition yang digelar Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre (UCEC). Kania membuat proposal konsep bisnis kerupuk lele dan berhasil menjadi juara kelima.
Karena ide bisnis yang baik itu adalah ide yang dijalankan, setelah wisuda BMC pada November, Kania benar-benar merealisasikan proposalnya itu. Kebetulan, ikan lele juga ada di pasar tradisional Hongkong.
Karena tinggal di rumah majikan, perempuan berkerudung tersebut mengutarakan niatnya kepada sang majikan dan meminta izin untuk membuat kerupuk lele. Untung, dia mendapat persetujuan, bahkan sangat didukung.
”Majikan saya tahu kalau saya belajar entrepreneurship tiap Minggu. Dia juga tahu mentornya dari Universitas Ciputra, jadi di-support banget,” papar Kania.
Maka, Kania membuat kerupuk olahan lele itu di rumah sang majikan. Menjemurnya di rooftop dan di dekat tempat menjemur pakaian. ”Tester pertamanya majikan saya. Dia suka kerupuk udang, lalu setelah mencoba, kerupuk lele juga suka,” lanjut dia. Selain daging lele, kulitnya juga bisa dijadikan kerupuk.
Kania memasarkan produk kerupuk lelenya dalam bentuk mentah dan matang. Yang mentah dijual HKD 13 (sekitar Rp 23.100) sebungkus, yang matang dalam kemasan kecil-kecil HKD 5 (Rp 8.900) untuk satu bungkus dan HKD 13 bila membeli tiga bungkus. Dalam waktu singkat, melalui pemasaran via Facebook dan WhatsApp, Kania banyak mendapat pesanan dari teman-teman dan warga setempat.
Order juga datang dari negara sekitar Hongkong seperti Taiwan dan Korea Selatan (Korsel). ”Tapi, bergantung cuaca. Minggu-minggu ini order saya stop dulu karena cuaca hujan, tidak ada matahari,” kata Kania.
Setelah merasakan serunya berbisnis, Juni nanti Kania berencana pulang ke tanah air dan membesarkan usahanya di Kendal. Dia juga berencana mematenkan usahanya dan mengurus izin produksi. ”Juni nanti pas empat tahun saya di Hongkong, sudah nggak usah balik lagi. Jadi pengusaha lele aja,” harapnya.
Bukan hanya Kania, murid BMC lainnya yang sudah merintis bisnis adalah Yani atau yang lebih dikenal dengan nama Zeezoo Alinna di antara sesama teman buruh migran di Hongkong. Zee yang asal Rembang, Jawa Tengah, itu memiliki usaha budi daya jamur kuping di Salatiga. Selain bergabung dengan BMC, perempuan 38 tahun tersebut juga mengikuti komunitas pertanian Dynasty Group di tanah air.