Jaring Murid Langsung dari Rumah ke Rumah

Karena usianya sudah enam tahun, sebagian dinding bangunan sekolah sudah lapuk. Di belakangnya memang telah ada bangunan baru berupa satu ruang kelas permanen hasil bantuan dari PLN NTB. ’’Tapi, bangunan itu belum difungsikan karena jelas tidak bisa menampung seluruh siswa,’’ kata Sutiamin.

Yang jelas juga tidak berubah: Alan boleh dibilang masih sendirian menanggung biaya operasional sekolah. Uluran tangan dari pemerintah hanya BOS (bantuan operasional sekolah) yang lantas digunakan untuk menggaji ke-15 guru. ’’Pernah ada tim (Kanwil) Kemenag NTB datang dan menjanjikan bantuan. Tapi, sampai sekarang belum ada kabar,’’ ungkap Sutiamin.

Jadilah Alan yang harus pontang-panting mencari dana agar RA dan MIS Darul Ulum bisa tetap berjalan. Tiga bulan terakhir dia memilih berhenti menjadi sopir bus untuk berfokus mengembangkan usaha di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. ’’Semua akan saya lakukan agar sekolah tetap jalan,’’ tegas Alan.

Tiga bidang itu dia prioritaskan juga agar sejalan dengan mata pencaharian warga Mawu pada umumnya. Apalagi, potensi lahan di Ambalawi masih cukup besar dan belum dikelola secara maksimal. ’’Saya berharap, setelah lulus SD, anak-anak minimal sudah bisa bertani atau beternak. Selain itu, saya ingin mengajarkan kepada warga agar tidak berladang secara berpindah-pindah,’’ papar Alan.

Kebiasaan ladang berpindah yang membutuhkan tenaga dalam jumlah besar itu pula yang membuat banyak orang tua di Mawu tidak berminat menyekolahkan anaknya. Atau kalaupun bersekolah, sekadar bisa baca dan tulis.

Karena itu, sejak awal mendirikan Darul Ulum, Alan langsung menjaring para murid dari rumah ke rumah. Mereka tak hanya diiming-imingi biaya gratis plus bantuan perlengkapan, tapi juga diantar jemput.

Kini total siswa RA Darul Ulum mencapai 41 anak. Adapun di MIS 61. Perinciannya, siswa kelas I dan II berjumlah 11 orang, sedangkan kelas III dan IV berjumlah 12 orang. Kelas V hanya 9 orang dan kelas VI cuma 6 orang.

Dengan komposisi seperti itu, bangunan sekolah tersebut disekat jadi empat. Satu ruangan ditempati para siswa RA, tiga ruangan lain untuk siswa MIS, mulai kelas I hingga VI. Karena terbatas, satu ruangan ditempati siswa dua kelas. Yakni kelas I dengan kelas II, satu ruangan untuk kelas III dan IV. Satu ruangan lainnya yang disekat dengan ruang guru dan kepala sekolah dipakai siswa kelas V dan VI.

Tinggalkan Balasan