Lalu program Sasisacir, yakni gerakan membawa cangkir oleh masing-masing siswa secara bergiliran. ”Dengan satu siswa satu cangkir, mereka mengurangi sampah botol dan plastik lainya,” lanjut Yulis. Dengan cangkir yang mereka bawa, maka pada giliran waktu yang sudah ditetapkan, siswanya harus membawa cangkir jika ingin membeli minumam di kantin sekolahnya pada jam istirahat.
Dan di tiap akhir semester, program Sasisata dijalankan. Yakni gerakan mengajak siswanya untu membawa tanaman, agar dapat ditanamkan di lahan kosong di area sekolahnya. ”Satu siswa satu tanaman ini juga kami berlakukan kepada guru. Dengan jumlah guru, staf dan siswa, akhirnya di penghujung semester kami bisa mendapatkan sekitar seribu bibit baru,” terangnya.
Namun ada satu program yang akrab di telinga, dan akrab pula pada jenjang masa perkembangan remaja. ”Ini yang paling penting, Pu ber tas,” tutur Yulis memenggal kata program terakhirnya itu.
Iya, Pubertas. Yang biasa kita ketahui selalui dialami remaja mulai usia SMP hingga menjelang dewasa kelak. Jangan salah paham dengan Pubertas yang diaplikasi di SMP 4, karena Pubertas inilah menjadi salah satu faktor yang mendukung SMP Negeri 4 mampu meraih Adiwiyata Nasional.
Yulismar kemudian menjelaskan Pubertas yang ia maksud, yakni merupakan kepanjangan dari Pungut Bersama sampai Tuntas. Ia menerangkan bahwa memiliki sekolah yang asri, dingin dan sejuk karena banyaknya tanaman di halaman sekolah, merupakan hal yang lumrah. (jpnn/fik)