”Wartel Pohon Waru” ala Para Pemburu Sinyal di Mimika Timur Jauh

Hanya telepon satelit yang bisa berfungsi di sana. Jadi, telepon seluler (ponsel) secanggih apa pun sehari-hari paling hanya digunakan untuk mendengarkan musik atau main game.

Padahal, mengutip sastrawan Eka Kurniawan, sebagaimana dendam, rindu juga harus dituntaskan. Jadilah Pantai Omouga yang masih masuk distrik yang sama menjadi tempat pelampiasan. Persisnya di salah satu titik di pantai itu: pohon waru tersebut.

”Sudah lama kami melakoni ‘ritual’ menelepon di Pantai Omouga. Pohon waru jadi saksinya, ha ha ha,” kata Kepala SD YPPK Tillemans, Manasari, Emanuel Wolor.

Tentu saja ”berkunjung ke pantai” di Papua tak sama dengan ”berkunjung ke pantai di Jawa”. Dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Kendati satu kecamatan, untuk bisa sampai ke Omouga, para pemburu sinyal itu harus naik perahu bermesin tempel selama tiga jam.

Untuk itu, Reki, Emanuel, dan belasan rekan seperjalanan harus patungan buat membeli sekitar 30 liter solar dan upah motoris. Harga per liter solar di distrik itu dua kali lipat harga normal. Tak lupa, mereka membawa serta alat pancing.

”Kami anggap piknik saja. Syukur-syukur waktu memancing bisa dapat ikan dan bawa pulang,” kata Emanuel, yang berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Sesampai di Omouga, segera saja para pemburu sinyal itu beraksi sendiri-sendiri. Mereka memilih batang yang paling nyaman untuk tempat menelepon. ”Ada yang sambil duduk, ada pula yang sembari rebahan (di dahan, Red),” kata Reki.

Biasanya mereka menghabiskan waktu di tempat itu dengan menelepon berjam-jam atau sekalian internetan. Reki dkk betah berlama-lama karena suasana di sana sejuk. Pertimbangan lain, ya tentu biar tidak rugi. Masak sudah keluar duit tidak sedikit dan berperahu tiga jam, tapi hanya sayang-sayangan via telepon sepuluh menit?

”Kalau pergi pagi, kami pulang sore saja. Biasanya kan kami pergi Sabtu atau Minggu, jadi tidak mengganggu kerjaan,” jelas Reki.

Waktu kepergian tak pasti. Kadang sekali dalam sepekan, kadang sekali dalam dua minggu. Bergantung dua hal. Pertama, ada yang sudah tidak dapat menahan rindu. Kedua, ada duit di kantong.

Tinggalkan Balasan