Ada Yang Menelepon sembari Rebahan di Dahan
Untuk sekadar menelepon keluarga, para guru dan tenaga medis di Distrik Mimika Timur Jauh, Papua, harus berperahu dulu selama tiga jam. Biayanya patungan, sekaligus dimanfaatkan buat memancing.
SAMPE P. SIANTURI, Timika
DAUN waru memang simbol universal cinta. Tapi, kalau kemudian ada satu pohonnya yang menjadi tempat mengobral kerinduan nun di Mimika sana, penyebabnya bukan semata perkara lambang itu. Tapi lebih karena persoalan ”teknis”.
Sebab, hanya di sanalah, di dahan-dahan pohon waru yang tumbuh di Pantai Omouga, Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, Papua, sinyal telepon bisa didapat. Itu pun masih butuh perjuangan. Triknya, begitu nyambung, jangan sampai bergerak agar sinyal tidak hilang. “Lumayan dapat tiga garis (sinyal, Red), sudah bisa menelepon keluarga, he he he,” ujar Reki Tafre kepada Radar Timika (Jawa Pos Group).
Reki, kepala SMP Negeri Omouga, Manasari, Distrik Mimika Timur Jauh, memang termasuk pelanggan ”warung telekomunikasi (wartel)” pohon waru tersebut. Tentu saja pria asal Fakfak, Papua Barat, itu tak sendirian menikmati ”fasilitas” alam tersebut.
Wartel pohon waru itu biasa dia kunjungi bersama belasan rekan sesama tenaga pendidik Juga para pekerja medis, baik dokter, perawat, maupun apoteker yang bertugas di distrik yang sama. Mayoritas berasal dari luar Papua.
Mimika Timur Jauh memang belum bisa ditembus sinyal telepon seluler. Distrik alias kecamatan tersebut bernaung di bawah kabupaten yang sejatinya memiliki kekayaan alam melimpah, yaitu Mimika. Di antara 12 distrik, salah satunya Tembagapura, tempat PT Freeport Indonesia beroperasi.
Namun, sebagaimana umumnya wilayah di penjuru Papua dan Papua Barat, fasilitas umum di Mimika Timur Jauh masih memprihatinkan. Dari Timika, ibu kota kabupaten, Mimika Timur Jauh hanya bisa dijangkau via jalur air selama dua jam. Pilihan lain adalah transportasi udara dengan helikopter sehingga otomatis sangat mahal dan terbatas.