Tak Mau Rugi, Stok BBM Kosong

Sejak banyaknya laporan soal SPBU yang kosong bahkan tutup, direksi yang akrab disapa Abe itu berjanji segera membereskan. Tim sudah siap bekerja selama 24 jam untuk memastikan semua SPBU sudah memiliki stok baru. ”Hari ini (kemarin, Red) beroperasi penuh sampai semuanya normal,” katanya.

Terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hiswana Migas wilayah DKI Jakarta, Jawa barat dan Banten Juan Tarigan mengakui ada SPBU yang seperti itu. Menurutnya, langkah yang dilakukan untuk menghabiskan jatah terlebih dahulu karena pada dasarnya pengusaha tidak mau merugi.

Meski demikian, dia menyebut sikap itu tidak mencerminkan seluruh pengusaha SPBU. Sebelum berlakunya harga baru, dia menyebut pimpinan pusat Hiswana Migas sudah mengirimkan surat untuk mengantisipasi. ”Kami ini sebenarnya bukan pengusaha murni, karena ada penugasan untuk menjaga distribusi BBM,” katanya.

Jadi, kalau harus merugi tidak bisa dihindari. Seperti saat ini kata Juan, seluruh harga BBM mulai premium, solar, pertalite, pertamax series, sampai elpiji ikut turun. Saat ini, dia menyebut para pengusaha sedang menunggu kebijakan Pertamina yang katanya siap memberi kompensasi.

Contoh lain dari kesiapan pengusaha menanggung rugi adalah dari skema awal penurunan BBM. Seperti diketahui, saat Dana Ketahanan Energi (DKE) akan diambil dari tiap liter premium dan solar penurunannya tidak banyak. Premium direncanakan jadi Rp 7.250 per liter di Jamali, dan solar Rp 5.950 per liter.

”Kalau masih diambang marjin, kami tidak mendapat kompensasi,” terangnya. Saat itu, batasan mendapat kompensasi adalah, penurunan premium turun tidak lebih dari Rp 150 per liter. Sedangkan Solar, sekitar Rp 270 per liter. Jika lebih dari itu, maka pengusaha akan diberi kompensasi oleh Pertamina.

Selain itu, yang memberatkan pengusaha SPBU saat ini adalah aturan dari Kemenkeu. Larangan boleh kulakan bensin H-2 dari penerapan harga baru sangatlah membantu mengurangi kerugian. ”Sekarang tidak boleh karena ada perbedaan pajak, Kemenkeu keberatan,” katanya.

Dia lantas menjelaskan, perbedaan pajak itu muncul karena keuntungan yang didapat saat kulakan harga baru tapi jual harga lama. Protes pengusaha disebutnya memunculkan opsi kompensasi. ”Kami yakin Pertamina dan pemerintah tidak akan membuat kami tersungkur. Apalagi, saat semua harga turun,” harapnya. (dim/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan