Resep suksesnya membangun jaringan bisnis properti dan berbagai yayasan hanya sumber daya manusia serta IPE. Sehingga kini mencapai nilai market Rp 80 triliun dari sepuluh perusahaan yang go public. Pak Ci sering menyampaikan bahwa entrepreneur itu yang mampu mengubah sampah menjadi emas. Artinya, melipatgandakan hasil. ”Tentunya dengan cara yang jujur, profesional, dan inovatif,” ungkap Pak Ci, yang aktif menjaga kebugaran dengan berenang dan melakukan taichi setiap pagi.
”Saya senang kalau ada karyawan yang bikin usaha, saya dukung penuh,” paparnya. Untuk membentuk jiwa entrepreneur, lingkungan turut berperan. Pak Ci menceritakan, dirinya lahir di tengah keluarga besar yang semuanya menjadi pengusaha.
Dia lahir dari pasangan Tjie Sim Poe dan Lie Eng Nio yang memiliki rumah sekaligus toko kelontong di Desa Bumbulan, Provinsi Gorontalo. Saudara dan kerabatnya juga memiliki usaha masing-masing. Ibaratnya, sejak dini dia bernapas dalam atmosfer entrepreneurship. Tak heran, Pak Ci menyebutkan bahwa gurunya dalam entrepreneurship adalah orang tua dan keluarga.
Jalur yang ditempuh Pak Ci hingga mencapai kesuksesan bermula pada masa kecil. Di usia 12 tahun, dia ditinggal wafat ayah tercinta. Toko kelontong keluarga pun ditutup tentara Jepang ketika itu. Kehidupan keluarga berubah drastis, menjadi miskin, tapi tertopang oleh jiwa dan skill wirausaha. Ciputra remaja sudah terbiasa menjaga ladang dan berburu untuk mempertahankan asap dapur. Saat berkuliah di Institut Teknologi Bandung, lagi-lagi jiwa entrepreneur-lah yang menjadi penyelamat. Dia berdagang batik. Dia hunting di Bandung, lalu menjualnya ke Medan. Sebab, sejak dia kuliah tingkat dua, keluarga tidak sanggup membiayai lagi.
Di tingkat empat, bersama dua rekan, Pak Ci mendirikan perusahaan konsultan. Setelah tamat kuliah arsitek, dia justru tidak mau menjadi arsitek. ”Kalau arsitek, menunggu pekerjaan. Saya pilih jadi developer yang menciptakan pekerjaan,” ungkapnya.
Hasrat itulah yang membawa dia ke PT Pembangunan Jaya, joint venture Pemda DKI Jakarta, tak lama setelah mendapat gelar insinyur dari ITB. Proyek prestisiusnya adalah Taman Impian Jaya Ancol yang hingga kini menjadi ikon wisata modern di ibu kota. Kemudian, dia mendirikan Metropolitan Group bersama sederet pengusaha bertangan dingin lainnya. Yakni, Liem Sioe Liong, Sudwikatmono, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim Risjad.