TIGA tahun berturut-turut, Indonesia berhasil mempertahankan posisi Top 15 di ajang Miss Universe 2015. Dalam grand final Minggu malam (20/12) waktu setempat atau Senin pagi (21/12), Puteri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri melenggang bersama 14 kontestan lainnya.
Kerja keras Anin -sapaannya- selama lebih dari tiga minggu mengikuti karantina di Las Vegas, Amerika Serikat, berbuah manis. Dia sukses mempertahankan posisi yang sebelumnya diperoleh Puteri Indonesia 2013 Whulandary Herman dan Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira.
Memang, itu masih kurang dari ekspektasi. Sebab, tahun lalu Elvira berhasil membawa pulang gelar Best National Costume. Elvira mengenakan kostum rancangan Dynand Fariz. Tahun ini, mengenakan kostum rancangan desainer yang sama, diharapkan Anin juga bisa mempertahankan gelar tersebut. Tetapi, hal itu tak terwujud. Pemenang Best National Costume tahun ini adalah Thailand. Meski begitu, Anin telah mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia.
Juru Bicara Yayasan Puteri Indonesia (YPI) Mega Angkasa menyatakan rasa syukurnya terhadap prestasi Anin. ’’Alhamdulillah, ini suatu prestasi, kebanggaan, serta bukti keseriusan kami, dan Anin, untuk membawa nama harum bangsa Indonesia di kancah internasional,’’ ujar Mega saat dihubungi Jawa Pos kemarin (21/12).
Mega melanjutkan, tidak semua kontestan Miss Universe 2015 mampu berada di posisi Top 15. ’’Posisi ini cukup dicari. Artinya, perjuangan Anin selama karantina tidak sia-sia dan dihargai juri,’’ ucapnya.
Meski perempuan manis kelahiran Semarang, Jawa Tengah, tersebut tidak dapat meneruskan perjalanan hingga akhir, Mega sama sekali tidak kecewa. ’’Anin sudah berusaha semaksimal mungkin di sana. Semua tahu itu,’’ ucap Mega.
Banyak pengalaman berharga yang didapat Anin di sana. Mahasiswi Universitas Diponegoro (Undip) tersebut sempat mengunjungi Las Vegas Monorail sebelum mengikuti karantina.
Bukan hanya itu, Anin juga membuat kontestan Miss Universe lainnya kagum. ’’Dia itu hobi mengendarai motor trail,’’ katanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa cantik itu tidak hanya diam di rumah. Tetapi bisa juga dengan menjadi perempuan yang gemar bertualang.
Terkait dengan kegagalan Indonesia mempertahankan gelar kostum nasional, sang desainer Dynand Fariz mengatakan bahwa pihaknya menghormati keputusan juri. ’’Kita bisa menerima. Tapi, yang perlu digarisbawahi, kami sudah berikan yang terbaik untuk Anin dan Indonesia,’’ kata Dynand.