”Masyarakat pasangan usia subur masih lebih senang menggunakan non-metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dari pada MKJP,”cetus dia.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, pihaknya secara berkelanjutan terus melakukan penyuluhan dan pembinaan. Minimal sekedar mengingatkan para peserta non MKJP untuk tetap menggunakan kontrasepsi. Sehingga kemungkinan drop out bisa diminimilasir.
Dia mengatakan, total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran akan selalu menjadi acuan utama. Sebab tingkat keberhasilan program KB akan mengacu pada masalah angka kelahiran.
Untuk itu, pada TFR ini dirinya akan kembali menekankan tentang masih tingginya usia nikah dini di Jabar. Dengan begitu, peluang memiliki anak lebih dari dua sangat tinggi terlebih risiko kematian pada bayi dan ibu
”Ini juga yang akan kita garap dengan melibatkan lintas sektor pada 2016 nanti yang menitikberatkan pada pola ketahanan keluarga,” ujar Sugilar.
Mantan Kepala BKKBN Kabupaten Kuningan ini memaparkan, pada ketahanan keluarga nantinya akan menjadi prioritas dengan melakukan berbagai kerjasama dan sinergitas lintas sektoral.
Menurutnya pada ketahanan keluarga ini banyak memiliki banyak tujuan. Selain pembinaan pada anak mulai dari kandungan, kesehatan ibu hamil sampai dengan penanganan pada remajadengan programnya Generasi Remaja Berencana (Genre).
Dia menyebutkan, walaupun sekaran perolehan TFR jawa Barat dibawah nasional dengan capain 2,3 persen namun dirinya tetap akan mengambil langkah-langkah untuk mencapai keberhasilan untuk program kependudukan secara maksimal.
Untuk itu, ke depan, BKKBN Jabar akan mengambil langkah strategis dengan menciptakan kemandirian di dalam masyarakat untuk menyukseskan program KB dengan menciptakan kampung-kampung KB diseluruh daerah di Jabar.
”Sebetulnya Kampung KB ini telah berjalan dengan baik bahkan menjadi percontohan bagi daerah lainnya di Indonesia sedangkan untuk Jabar sendiri hamper seluruh di 27 Kabupaten/kota telah memilikinya,” imbuh dia. (yan/rie)