Aher Dapat Penghargaan Tokoh kepala Daerah Santun di Medsos

bandungekspres.co.id– Gubernur Jabar Ahmad Heryawan alias Aher mendapat penghargaan Guru Online dari sekolah Al-Mamun Education Center (AMEC) Bekasi. Penghargaan ini diberikan karena Aher masuk dalam kategori tokoh sekaligus elite politik yang aktif di media sosial dari 99 tokoh lainnya di Indonesia. Aher juga dianggapg paling sering memberikan komentar serta pesan edukatif dan religius.

”Saya juga kaget ya, tiba-tiba mendapat penghargaan seperti ini, tidak ada kabar apapun sebelumnya,” ungkap Aher kepada wartawan usai menerima penghargaan di Gedung Sate kemarin (21/12).

Menurutnya, dalam menggunakan media sosial, dirinya selalu menggunakan bahasa yang halus, sekalipun dalam menyampaikan kritik.

”Persoalan negatif pun kalau diungkapkan secara positif, maka akan jadi positif. Misalnya, kita harus menjadi nomor satu meski sarananya masih kurang. Coba kalau pakai ungkapan negatif, isinya ya keluhan semua dan tidak akan mendapat apa-apa,” papar Aher.Di tempat sama Direktur Sekolah AMEC Ma’mun Ibnu Ridwan mengatakan, penghargaan itu diberikan setelah melakukan pengamatan secara selektif terhadap beberapa tokoh daerah selama tiga bulan.

Ternyata lanjut dia, dari akun Twitter Aher sebanyak 18.125 tweet dengan 751 following dan 301.151 follower, pada Sabtu 19 Desember 2015 pukul 19.00 WIB, dinilai sarat dengan nilai-nilai religius dan edukatif.

”Aher selalu nge-tweet dengan kalimat yang baik, memberikan pesan-pesan agama yang damai dan menginspirasi publik. Apalagi bagi anak-anak, pesannya tentu positif,” terangnya.

Ia membandingkan dengan tokoh lain yang kerap berkicau dengan ungkapan-ungkapan yang bisa membingungkan masyarakat, terutama anak-anak.

Ia menyebut, kriteria penilaian itu termasuk nilai edukasi yang baik bagi anak-anak, karena saat ini media sosial seperti Twitter dan Facebook sudah menjadi bagian dari kebutuhan anak-anak.

”Ada salah seorang pejabat yang bahasanya bisa membingungkan anak-anak, misalnya dengan ungkapan ’pejabat dikandangin’. Anak-anak kan mungkin memaknainya manusia sama dengan binatang, dikandangin. Saya kira perlu diingat, bahwa media sosial itu ranah publik yang bisa dibaca oleh semua kalangan, termasuk anak-anak,” beber Ma’mun.

Ia berharap, semua pihak untuk menghindari bahasa yang tidak elok, provokatif, agitatif, dan berbau sara untuk dipublikasi. ”Anak-anak jangan menjadi korban informasi sampah, apalagi sampai meracuni pikiran,” tandas dia. (yan/fik)

Tinggalkan Balasan