bandungekspres.co.id – Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara akan memantau seluruh hutan milik Perhutani yang berjumlah hingga 20 ribu hektare yang tersebar di wilayah Soreang Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat (KBB), serta sebagian Kabupaten Subang, Purwakarta dan Kabupaten Sumedang. Pasalnya, berdasarkan rilis yang dikeluarkan Badan Geologi Bandung seluruh hutan milik Perhutani Bandung Utara ini berpotensi terjadinya longsor di musim penghujan.
Administratur KPH Bandung Utara, Wismo Tri Kancono menyebutkan, dari luas 20.000 hektare hampir semua wilayah di hutan Bandung Utara berpotensi longsor. Apalagi, kata dia, saat ini akan menghadapi musim hujan kekhawatiran terjadinya longsor bisa terjadi. ”Hutan lindungnya ada sekitar 16 ribu hektare. Semuanya berpotensi longsor mulai dari Cikalongwetan, Lembang, Cisalak, Gunung Kramat, Gunung Kadaka, Bukit Tunggul dan Gunung Manglayang,” kata Wismo kepada wartawan di Lembang, kemarin.
Selain berdasarkan data pergerakan tanah yang timbul, kata dia, potensi bencana longsor juga mengacu pada kemiringan tanah, curah hujan dan jenis tanah. ”Rata-rata kemiringan tanah di hutan Bandung Utara mencapai 30 persen. Karena longsor di hutan lindung itu parameternya adalah kemiringan tanah, curah hujan dan jenis tanah,” katanya.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, saat ini pihaknya terus melakukan imbauan kepada seluruh masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan hutan milik Perhutani agar lebih waspada. ”Ada juga masyarakat yang tinggal di bawah lereng pegunungan. Ini yang harus diantisasi agar lebih hati-hati,” ujarnya.
Selain fokus terhadap terjadinya longsor di hutan milik Perhutani, kata dia, saat ini juga fokus terhadap kerawanan terjadinya pohon tumbang yang perlu diwaspadai. Seperti halnya di wilayah utara meliputi Parongpong, Cisarua dan Lembang yang memiliki pohon-pohon tua dan besar. Hal ini juga yang dilakukan KPH Bandung Utara dibantu aparat kecamatan, BPBD serta TNI/Polri dengan menebang 200 pohon pinus yang sudah keropos di hutan lindung sepanjang 2 km jalan Raya Tangkuban Parahu Desa Cikole Kecamatan Lembang.
Wismo mengatakan, penebangan pohon-pohon ini untuk mengantisipasi terjadinya pohon tumbang. Menurut dia, disaat transisi musim hujan saat ini sangat rawan terjadinya pohon tumbang. Apalagi di sepanjang jalan tersebut, terutama pada malam hari tidak ada lampu penerangan jalan umum (PJU), sehingga khawatiran dapat membahayakan para pengguna jalan yang melewati jalur provinsi tersebut. ”Makanya kita tebang saja sebanyak 200 pohon,” pungkasnya. (drx/fik)