Belakangan terbukti, Vivid TV Channel menjadi divisi pengeruk uang paling besar Vivid. ”Separo pendapatan kami berasal dari TV channel,” kata Hirsch.
Namun, ketika ditanya jumlah pendapatan per tahun, dia menggeleng. ”Maaf, kami tak bisa menyebutkannya,” ujarnya.
Tapi, dari sejumlah sumber yang dikumpulkan, diperkirakan pendapatan Vivid dalam setahun mencapai USD 1 miliar (Rp 13,5 triliun). Angka yang sangat besar dan sebanding dengan dua kali APBD Surabaya.
Secara umum, memang ada pergesaran tren di AS bahwa lebih banyak orang yang suka mengakses film dewasa di televisi. Menurut Juru Bicara Direct TV (jaringan TV kabel yang menyediakan program dewasa) Robert Mercer, program adult entertainment sangat populer.
”Kami tak menyampaikan angkanya. Sebab, soal itu harus tetap dibuat low (tidak terlalu diungkap, Red),” tuturnya.
Lebih lanjut, Hirsch menyatakan, pihaknya kini juga bersiap-siap untuk meluncurkan produk dengan konsep virtual reality. ”Sistemnya masih dibangun,” terangnya. ”Kami akan terus berinovasi untuk menyesuaikan dengan permintaan masyarakat. Tak mau berubah, kami akan dilindas zaman,” tambahnya.
Hanya, saat ini ada dua hal yang paling memusingkan Hirsch. Yakni, isu penggunaan kondom dan pembajakan. Pada 2012, Pemkot LA memberlakukan aturan yang mengharuskan penggunaan kondom bagi para pemain yang melakukan syuting film dewasa di Los Angeles.
Hal itu sangat memusingkan karena pemirsa sangat membenci penggunaan kondom ketika melihat adegan dalam film dewasa. ”Pemirsa langsung turun sampai lebih dari 30 persen,” paparnya.
Hirsch menampik soal kemungkinan penyakit kelamin. ”Kami sangat sensitif terhadap masalah ini. Kebersihan semua pemain terjaga baik,” ucapnya.
Sebelum memulai syuting, setiap pemain wajib menjalani tes medis. ”Kami sangat serius dalam hal ini. Sejauh ini, nyaris tidak ada kasus AIDS di antara pemain film porno,” tegasnya.
Karena itu, pihaknya telah mengajukan banding terhadap aturan tersebut. Hasilnya diumumkan pada Januari tahun depan. (*/ttg/rie)