Sigit menambahkan, dalam isi Sumpah Pemuda tersirat makna sangat penting untuk kehidupan bangsa Indonesia. Yang pertama, bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Ini mengandung makna bahwa setiap pemuda Indonesia berjuang sampai darah penghabisan untuk menjunjung tinggi tanah air Indonesia.
Yang kedua berbangsa satu, bangsa Indonesia. Ini mengandung makna bahwa para pemuda indonesia mengikrarkan bahwa diri mereka dengan seluruh tumpah darah mereka akan menjunjung tinggi bangsa Indonesia. Perjuangan untuk berkorban kepada satu-satunya bangsa tercinta, yaitu bangsa Indonesia. ’’Dan yang ketiga bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Isi yang terakhir ini mengandung arti bahwa Indonesia memiliki keragaman bahasa dari berbagai suku dan budaya. Sehingga untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, para pemuda sepakat untuk menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia,’’ terang Sigit.
Sekarang tinggal bagaimana pemuda-pemudi Indonesia memperingati, menghayati dan memaknai hari bersejarah tersebut. Masih samakah semangat yang ada pada pemuda-pemudi kala itu dengan pemuda-pemudi sekarang setelah 87 tahun Sumpah Pemuda diikrarkan? Sigit memandang, Indonesia belum sepenuhnya merdeka dari pertikaian internal antar sesama anak bangsa. Masih kental terdengar permasalahan mengatasnamakan agama tanpa memandang lagi bangsa. ’’Masih santer terlihat permasalahan ras tanpa melihat lagi satu bangsa dan masih terasa permasalahan ego bangga akan segala sesuatu di luar bangsa Indonesia,’’ tukasnya.
Dengan tegas Sigit menyatakan, bahwa semangat Sumpah Pemuda belum sepenuhnya merasuk ke dalam jiwa setiap pemuda Indonesia saat ini. Itu terlihat dari jarangnya generasi muda yang enggan memahami arti dan makna Sumpah Pemuda. Bagi sebagian mereka, hari Sumpah Pemuda tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa.
Pasalnya, tidak sedikit kaum muda saat ini, terlepas memahami sejarah atau tidak, petangtang-petengteng membanggakan budaya di luar budaya Indonesia, termasuk dalam menyikapi cara dalam menjalankan agama yang masih saja ada pemuda yang tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan jauh dari kolaborasi agama dan kearifan serta kesantunan orang Indonesia.
Namun, terlepas dari permasalahan kaum muda saat ini, sebagai pemuda kota Bandung, di samping terus berusaha mempertahankan dan menjalankan semangat Sumpah Pemuda, sudah seharusnya kita memberikan apresiasi terhadap pemimpin kita. Seorang walikota muda yang sangat terlihat dalam setiap kebijakan atas masyarakat yang dipimpin. Semangat membangun tanah bangsanya sebagai tanah dimana darahnya mengalir, memperjuangkan hak setiap warganya dan selalu menjaga bahasanya.