[tie_list type=”minus”]Realisasi di Bawah 50 Persen Gagal Total[/tie_list]
bandungekspres.co.id– Ketua tim Pembina Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) Yossi Irianto menilai rendahnya serapan realisasi anggaran dan lambatnya laporan penggunaan anggaran.
”Meski harus diakui ada satu dua kelurahan yang kurang memahami manajemen keuangan. Namun, itu sifatnya kasuistik,” tukas Yossi yang juga Sekretaris Daerah Kota Bandung, usai memberi pengarahan pada Sosialisasi Aplikasi PIPPK Reforting System, di Gedung PKK, kemarin (22/10).
Dia mengatakan, ukuran realisasi anggaran itu ukurannya sederhana. Sebab, kalau realisasinya di bawah 50 persen itu kegagalan kolektif. Tetapi, melihat data yang dikeluarkan Bagian Pembangunan, kegiatan PIPPK di 151 kelurahan ada di kisaran 60 persen.
Yossi menjelaskan, untuk belanja wajib di kewilayahan semuanya sama. Yang berbeda hanya di karakter. Sehingga, tahun depan mekanismenya akan disatukan antara kebutuhan anggaran yang bersumber dari musrembang, reses plus PIPPK. ”Ini inovasi dalam mendorong desentralisasi dan partisipasi masyarakat yang ikut bertanggung jawab,” ujarnya.
Di bagian lain, memasuki acara wajib program reforting system, anggota tim PIPPK Kota Bandung Dodi Ridwansyah sempat berang. Pasalnya, para camat dan lurah yang sebelumnya hadir lengkap setelah dihitung ternyata hanya menyisakan tidak lebih dari 40 persennya. ”Kenapa di acara seremonial ada, tetapi di acara pokok mangkir. Ini namanya mementingkan acara di luar dari pada serius mengikuti PIPPK. Saya akan laporkan ke pimpinan agar diberi tindakan tegas,” lontar Dodi.
Setelah diabsen satu persatu terungkap, Kecamatan Andir dengan seluruh Kelurahannya tidak menyisakan satupun perwakilannya. Begitupun dengan, Kecamatan Cibiru dan Gedebage. ”Ini bukti yang lengkap mulai camat dan lurah luar biasa prilakunya,” sebut Dodi.
Atas ancaman Dodi yang memiliki kuasa penuh wali kota, selang beberapa waktu, camat dan lurah yang pada waktu diabsen tidak hadir satu persatu memperlihatkan batang hidungnya. Dengan terpogoh-pogoh, mereka melaporkan kehadirannya.
”Ironis memang. Setelah diancam baru menunjukan rasa tanggung jawabnya. Saya juga mantan camat. Kalau ada keperluan bisa mewakilkan ke bawahan,” pungkas Dodi kepada Bandung Ekspres di sela-sela kegiatan. (edy/rie)