bandungekspres.co.id – Keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang memberikan sanksi kepada sejumlah pelatih dan manajer menuai resistensi.
Kali ini, Bambang Suryo dan mantan pelatih Persipur Purwodadi, Gunawan menyatakan penolakan mereka terhadap keputusan Komdis PSSI yang dianggap aneh dan mencari sensasi.
Penolakan mereka tersebut melengkapi sikap Agus Yuwono, mantan pelatih Persegres Gresik United yang telah lebih dulu menilai keputusan Komdis PSSI itu jauh dari kata adil.
“Karena posisi kami adalah ingin membongkar sindikat kejahatan dalam sepak bola nasional. Tapi, mengapa niat baik kami ini harus berujung hukuman,” kata Bambang Suryo, Rabu (21/10).
Menurutnya, sanksi yang dijatuhkan oleh Komdis PSSI tersebut salah sasaran, dan itu akan menjadi bumerang bagi otoritas tertinggi sepak bola nasional itu sendiri.
Apalagi, status PSSI saat ini sedang dalam posisi dibekukan oleh FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) dan pemerintah Indonesia.
“Kalau ada orang yang ingin membongkar kejahatan dalam sepak bola tanah air, lantas dihukum itu sama saja dengan upaya Komdisi PSSI ingin melindungi pelaku kejahatan itu sendiri,” kata pria yang akrab di sapa BS itu.
“Saya punya banyak data dan tahu banyak tentang sindikat kejahatan di sepak bola tanah air, orang seperti saya seharusnya dilindungi,” harapanya.
Nah, satu hal yang membuat BS tidak habis pikir dengan sanksi Komdi PSSI tersebut, karena statusnya saat ini bukan sebagai anggota dari federasi sepak bola tertinggi di Indonesia itu. Sebab, lanjut BS, status dia saat ini bukan sebagai pemain, manajer atau pelatih.
“Jadi, disanksi atau tidak, semuanya tidak ada pengaruh bagi saya,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Gunawan yang menuding, obral sanksi yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin PSSI itu adalah cara mencari sensasi semata. Menurutnya, sikap Komdis PSSI yang ringan tangan untuk menghukum para wisthle blower seperti mereka, itu sama saja dengan menghambat pemberantasan match fixing di sepak bola tanah air.
“Karena kemudian hari orang-orang lain juga pasti takut untuk ambil standing position seperti kami. Mau bagaimana lagi, kalau setiap kali ada yang ingin membongkar kejahatan kok malah dihukum,” lanjutnya. (dik/ndi/JPG)