PANGALENGAN – Jaminan keamanan dan keselamatan kerja di bidang tambang belum sepenuhnya terjadi. Seperti yang menimpa Gigip Gintiri, 21, asal Kampung Cibuluh, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Dia lumpuh selama tiga tahun karena tertimpa buldozer.
Insiden tersebut terjadi ketika dia sedang berteduh di lokasi pertambangan batu di kawasan Kecamatan Baleendah tiga tahun silam. Saat itu, dia nyaris tewas.
Pihak perusahan pertambangan batu hanya membantu ala kadarnya. Namun diperparah dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah membuat kondisi kesehatan Gigip mengalami luka cukup fatal dan membutuhkan biaya cukup besar. Ditambah dengan kondisi keluarga yang kurang mampu.
Ayah korban, Wahmad, 46, mengatakan, dulu Gigip kerja jadi buruh di proyek pertambangan di Baleendah. Kejadiannya ketika Gigip sedang berteduh di bawah pengeruk buldozer, tiba-tiba alat itu jatuh dan menimpa Gigip. Akibat tertimpa alat berat itu, pinggang sebelah kanan Gigip mengalami luka hingga berlubang sebesar bola tenis. ”Setelah kejadian itu, Gigip sering mengalami panas, susah buang air besar dan tak bisa tidur,” kata Wahmad di rumahnya kemarin (22/10).
Kata dokter, tutur Wahmad, kalau ingin bisa duduk dan jalan harus dioperasi. Tapi biayanya bisa sampai Rp 250 juta. ”Saya dari mana uangnya. Jangankan untuk operasi, untuk makan sehari-hari saja harus banting tulang dari hasil tani,” tuturnya.
Dia mengungkapkan, pihak perusahaan sempat memberikan bantuan kepada Gigip untuk biaya ke rumah sakit. Namun, untuk operasi tidak ada bantuan yang diberikan hingga saat ini. ”Dari pemerintahan belum pernah ada yang datang, baru ibu Yanyan saja. Makanya saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Mudah-mudahan saja anak saya bisa di operasi dan sembuh lagi,” ungkapnya.
Sementara itu, Yanyan Wahdanimar seorang penggiat kegiatan sosial menyayangkan hal tersebut. Sebab, masih minimnya perhatian pemerintah terhadap kondisi tersebut. Pada saat menjenguk Gigip, Yanyan mengajak beberapa sahabatnya yang juga aktif di kegiatan sosial untuk ikut membantu operasi Gigip.
Yanyan lebih jauh berpendapat, harus ada kesigapan dari aparat pemerintah mulai dari level terbawah agar masyarakat yang membutuhkan pertolongan bisa segera tertangani. Melihat kasus Gigip, Yanyan berpendapat, bukan saatnya lagi mempersalahkan perusahaan tambang batu, atau siapa yang harus bertanggung jawab, kini saatnya sebagai sesama membantu mereka. ”Kami mengimbau kawan-kawan sesama pemerhati sosial atau siapapun untuk ikut peduli dan membantu,” paparnya. (yul/rie)