[tie_list type=”minus”]Paket Kebijakan Jilid Empat Menyentuh Buruh[/tie_list]
JAKARTA – Paket kebijakan ekonomi satu sampai tiga yang dirilis pemerintah bertepatan dengan mulai lunturnya super dollar membawa nilai tukar rupiah kembali menguat dan pasar saham berangsur pulih. Saatnya mendorong kenaikan ekspor agar mata uang dalam negeri stabil dan lebih berhati-hati dalam merilis paket kebijakan berikutnya yang disebut-sebut berkaitan dengan pengupahan.
Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebut bahwa setelah paket ketiga diluncurkan, pemerintah pun segera memersiapkan paket berikutnya, yakni paket kebijakan jilid IV. Menurut rencana, jika semuanya bisa dirampungkan, paket keempat tersebut bisa dirilis pekan ini. ”Kita masih mengolahnya, Insya Allah (pekan ini), tapi kita belum bisa memastikan,” kata Darmin.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu melanjutkan, kemungkinan besar paket kebijakan jilid IV ini akan fokus pada persoalan ketenagakerjaan. Yakni terkait soal sistem pengupahan. ”Lebih kepada formula untuk penentuan upah minimum,” ujarnya.
Darmin menuturkan, paket keempat tersebut difokuskan untuk memberikan referensi yang jelas tentang sistem pengupahan. Sehingga, tiap-tiap daerah tidak lantas menetapkan sistem pengupahan sendiri-sendiri. Selain itu, paket kebijakan jilid IV itu juga akan ditujukan untuk mendorong konsumsi masyarakat.
”Itu sebenarnya dari dua arah. Satu konsumsi, tapi intinya sebenarnya kejelasan dan kepastian sehingga tidak kemudian masing-masing daerah membikin (sistem pengupahan) menurut kecenderungannya masing-masing. Jadi ada referensinya,” tuturnya.
Mantan Dirjen Pajak itu pun menekankan bahwa keberadaan paket-paket kebijakan tersebut tidak lantas dijadikan patokan bahwa rupiah akan terus menguat. Sebab, hingga saat ini, sekalipun rupiah mulai terapresiasi, The Fed belum menaikkan suku bunganya. Kemungkinan besar, kenaikan Fed Funds Rate (FFR) akan dilakukan tahun depan. Untuk itu pemerintah akan terus berupaya membuat iklim usaha di Indonesia lebih kondusif.
”Jadi jangan dilihat semuanya akan tetap. Nanti kan ada rapat pada saat Amerika menggeliat lagi (menaikkan suku bunga), apa akan berubah kebijakan disana, semua akan berubah. Jadi jangan dianggap semua sudah tenang. Tidak. Kita masih tetap berusaha membuat iklim usaha lebih jelas, kalau bisa lebih sederhana karena masih banyak sektor yang belum kita touch (sentuh),” tegasnya.