Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan, penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam pekan ini, disebabkan sentimen global yang mulai mereda. Pelaku pasar meyakini, The Feds tidak akan menaikkan suku bunganya tahun ini. Keyakinan pasar tersebut membuat hampir semua mata uang di Asia menguat, termasuk rupiah.
”Kepastian Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tingkat bunga makin kecil, bahkan lebih besar kemungkinannya (kenaikan Fed Funds Rate) di 2016. Itu yang membuat semua mata uang menguat. Rupiah yang memang undervalue juga menguat, demikian juga bursa saham kita,” papar Bambang di gedung DPR kemarin.
Pelemahan USD secara global dipicu oleh rilis data Departemen Tenaga Kerja AS yang menyebut penyerapan tenaga kerja pada September lalu hanya mencapai 142.000 orang, jauh di bawah proyeksi 201.000 orang. Hal itu mengindikasikan recovery ekonomi di Negeri Paman Sam itu masih belum sebaik yang diperkirakan. Sehingga, peluang Bank Sentral AS atau The Fed untuk mengerek suku bunga pun kian menipis.
Karena itu, meski Gubernur The Fed Janet Yellen pada September lalu sempat menyatakan bakal menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini, para pelaku pasar punya keyakinan yang berbeda. Apalagi, berdasar laporan Citibank dan Goldman Sachs yang baru saja dirilis, mayoritas ekonom memproyeksi bahwa kenaikan suku bunga The Fed baru akan dilakukan pada 2016 mendatang atau bahkan 2017. Akibatnya, dana-dana yang selama ini sudah ditarik ke AS, kemungkinan akan kembali bergerak menuju emerging markets yang memiliki potensi ekonomi lebih bagus dari AS.
Selain faktor global, lanjut Bambang, faktor lain yang berperan dalam penguatan rupiah adalah permintaan USD yang luar biasa dari dalam negeri, kini mulai turun karena periode tingginya kebutuhan USD untuk pembayaran utang luar negeri maupun pembayaran dividen sudah berlalu. Dia pun memprediksi tren penguatan rupiah ini akan berlanjut hingga tahun depan, saat isu kenaikan suku bunga The Fed kembali muncul. ”Ini sampai isu kenaikan The Fed muncul lagi. Kalau sekarang isunya hilang dulu. Ya mungkin tahun ini tidak terlalu (ketidakpastian global), tahun depan mungkin isunya,” ujarnya.