Setahun Vakum, BaCAA Kembali Hadir

Hal terpenting dalam menilai karya-karya pada BaCAA adalah keberadaan konteks yang diartikan sebagai jalinan kompleks dari berbagai hal yang berkaitan dengan proses berkarya seorang seniman, seperti lingkungan, corak sejarah dan tradisi, pergerakan sosial, nilai kultural, perspektif intelektual, komitmen personal, dan banyak lagi.

Dalam kesempatan ini, panitia melibatkan dua juri asing, yaitu Michael Janssen dan Edouard Mornaud, karena dapat memberikan penilaian dan perdebatan yang benar dalam proses penjurian.

’’Pemahaman juri lokal berkenaan dengan medan seni rupa kontemporer Indonesia dan latar belakang para seniman semi finalis tentu membantu para juri asing untuk lebih memahami konteks karya-karya yang disertakan,” ujar Hera.

Dilibatkannya kedua juri asing ini tentu saja lebih mengandalkan penilaiannya pada aspek visual dan deskripsi konsep yang disertakan oleh seniman. Namun pengenalan para juri asing terhadap praktek dan keragaman konteks seni rupa internasional merupakan masukan yang membuat penilaian lebih seimbang.

Menurut catatan juri ada beberapa hal yang patut dicatat berkaitan dengan BaCAA ke-4. Yakni, adanya pertambahan partisipan meskipun tak terlampau signifikan dibandingkan dengan penyelenggaraan BaCAA ke-3. Pada kompetisi terakhir panitia mencatat sebanyak 285 submisi turut serta. Di BaCAA kali ini panitia menerima sebanyak lebih dari 350 submisi. (yan/rls/vil)

Tinggalkan Balasan