Para anggota, kata dia, merupakan 70 mantan pasien kanker. Kebanyakan dari para survivor ini, lanjutanya, merupakan mereka yang bersabar dengan kanker di usia balita, anak dan remaja.
Natarini mengungkapkan, tujuan dari kegiatan tersebut ialah mengembangkan kekuatan dalam diri survivor. Sehingga mereka dapat membangun masa depan dengan lebih berani dan percaya diri. ”Para survivor harus bersyukur serta menghargai pemberian dan karunia Tuhan YME,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, wajar jika seseorang menyerah ketika mengidap kanker. Pasalnya, jangka waktu pengobatan dilakukan selama bertahun-tahun. Dan biasanya, dilakukan tanpa henti.
Itu baru soal rentan waktu pengobatan. Belum lagi masalah dari dampak obatnya. Selain jenuh harus mengonsumsi obat, pengidap juga tidak jarang tidak dapat beraktivitas normal. Demikian halnya ketika masa pengobatan selesai dan dinyatakan sembuh. ”Banyak dari mereka yang sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya,” ucapnya.
”Berdasarkan pengalaman ini, kami melihat pentingnya memperhatikan pasca pemulihan pasien kanker pada anak dengan metode pendampingan dan pengembangan diri,” tambahnya.
Dr Noorwati, SpPD KHOM dari RS Kanker Dharmais menanmbahkan, temuan gejala kanker pada anak sebaiknya disikapi secepatnya oleh pihak keluarga. Hal itu akan memberikan peluang kesembuhan yang lebih cepat.
”Kanker pada anak dapat diobati dan bisa sembuh bila ditemukan sejak dini,” kata dr Noorwati.
Beberapa penyakit kanker yang paling banyak menyerang anak di antaranya, kanker darah, tumor otak, bola mata, kelenjar getah bening, saraf, ginjal, jaringan otot lurik dan tulang.
Dia menyadari, pengobatan pengidap kanker selalu berpacu dengan waktu. Bahkan waktu juga sangat menentukan keberhasilan pengobatan sejak mulai didiagnosa.
”Kalau terlambat dideteksi dan tidak segera mendapatkan terapi atau pengobatan, sel-sel atau jaringan kanker akan terus dan semakin menyebar. Lalu menggerogoti organ lain di seluruh tubuh dan akhirnya upaya penyembuhan akan semakin sulit dilakukan,” terangnya.
Tidak hanya masalah di fisik. Nyatanya banyak pengidap juga Banyak penderita kanker yang merasa penyakit yang dideritanya datang tiba-tiba atau bahkan seperti kutukan. ”Kenapa saya kena kanker, saya kan menjalani hidup dengan baik?”