Kaum Muda Jadi Kader Kerukunan Agama

CIMAHI – Membangun kerukunan dan kerjasama antar-lintas agama dan keyakinan yang ada di Cimahi, perlu disiapkan sedini mungkin. Caranya, dengan menyiapkan kader-kader yang dapat dijadikan ujung tombak dalam pengembangan inisiatif menumbuhkan sikap dan nilai-nilai inklusi di komunitas.

lakspesdam
KOMPAK: Para remaja dari Lakspesdam berfoto membawa poster tentang kerukunana beragama. Mereka merupakan kader kerukunan umat beragama di Cimahi.

Koordinator Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakspesdam) NU Kota Cimahi Diana Handayani mengatakan, perlu adanya ikhtiar kader inklusi untuk membangun kerukunan dan kerjasama antar-lintas agama dan keyakinan yang ada di Cimahi.

”Untuk mempersiapkan kader-kader tangguh tersebut, kami sudah memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pemuda dai lintas agama di Kota Cimahi, belum lama ini,” jelas Diana, kemarin.

Dia menjelaskan, pelatihan ini dilaksanakan dengan pemikiran bahwa pembangunan harus memberi ruang yang memadai bagi berbagai pihak untuk terlibat di dalamnya.

Pemerintah dan warga bersama-sama melakukan upaya untuk membuka sekat-sekat komunikasi yang dapat menghambat interaksi antar-kelompok. Membuka ruang diskursus untuk membincangkan sejauhmana pengetahuan tentang keragaman menjadi kesadaran untuk mendorong tindakan yang mencerminkan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak hak kemanusiaan semua warga negara, tanpa terkecuali.

Tak hanya Lakspesdam NU, pelatihan ini juga melibatkan Program Peduli dan The Asia Foundation pada 22-23 Agustus 2015. Peserta pelatihan adalah para pemuda dari beberapa organisasi keagaamaan yang ada di Kota Cimahi. Seperti Fattayat NU Kota Cimahi, Pesantren Al Musyahadah, Anshor Kota Cimahi, IPNU dan IPPNU Kota Cimahi, Pemuda Persis Kota Cimahi, Wakil Pengurus MWC NU Kota Cimahi, Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) – Kota Cimahi, dan Khong Hu Cu.

Para peserta, diberikan wawasan yang disampaikan Ira Indrawardana S Sos, M Si, dosen Antropologi Fisip Unpad. Dia menjelaskan soal kajian etnisitas dan minority group (indegenous people). Tidak lupa, aktivis pada gerakan intasagama dan keyakinan.

Narasumber lainnya, Dr Wawan Gunawan, dosen Filsafat di UIN juga aktivis pada gerakan lintas agama JAKATARUB. Dia memberikan penguatan untuk membangun sikap dan nilai perdamaian.

Tinggalkan Balasan