[tie_list type=”minus”]Penampil Nyanyi Tembang Khusus [/tie_list]
Tantangan terbesar adalah menyintesiskan beragam versi Ramayana dari berbagai latar budaya. Mitra dari Jepang diakomodasi sebagai Rahwana yang tengah menyamar.
MOCHAMAD SALSABYL ADN, Jakarta
LAMPU sorot meredup, memberikan sedikit kesan misterius. Masuklah tiga orang ke panggung dengan sepasang boneka dan sebuah wayang. Dengan gemulai, sepasang boneka itu bergerak anggun tanpa narasi.
Yang terdengar dari atas panggung di ASEAN Hall, Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Jumat dua pekan lalu (14/8) itu hanya iringan musik gamelan Jawa. Meski demikian, tak diperlukan waktu lama untuk menebak siapakah karakter dari dua boneka yang dimainkan ibu dan anak asal Filipina Amihan serta Roel Ramolete tersebut.
Ya, merekalah pemeran utama dalam drama Ramayana Ini: Rama dan Sinta. Sedangkan wayang yang mengikutinya adalah adik Rama dari ibu yang berbeda, Laksmana.
Cerita selanjutnya pun langsung mengalir dan tecerna meski tak ada penjelasan. Dari 27 menit pementasan untuk merayakan Hari Jadi Ke-48 ASEAN itu, kata yang jelas terdengar hanya pemeran wayang orang Rahwana yang meneriakkan ’’Sinta!’’.
Meski hanya mengandalkan bahasa tubuh, para seniman anggota ASEAN Puppetry Association (APA) alias Asosiasi Seni Boneka Asia Tenggara tersebut berhasil membuat penonton terhanyut dan tergelak. Misalnya saat adegan pertarungan antara Jatayu, burung suci sahabat Rama, dan Rahwana yang sedang memboyong Sinta ke Kerajaan Alengka.
Pada adegan itu, Jatayu diperankan wayang orang Kamboja. Sedangkan Rahwana diperankan wayang orang Indonesia. Namun, sinergi yang dipancarkan saat Jatayu akhirnya ditebas Rahwana begitu mulus. Tidak hanya dalam gerak boneka, tapi juga aksi wayang dan orangnya.
Setiap karakter hadir dalam bentuk yang berbeda-beda. Sinta misalnya. Selain diperankan dalam bentuk boneka khas Teatrong Mulat dari Filipina, karakter tersebut dimainkan dalam bentuk wayang orang Indonesia.
Menurut Santi Dwisaputri yang memerankan Sinta dalam format wayang orang, APA memang sengaja ingin menonjolkan program ASEAN Puppetry Exchange dalam pentas itu. Untuk menguatkan persaudaraan ASEAN secara budaya. ’’Jadi, orang Filipina pun ikut memainkan wayang Indonesia,’’ katanya.