Karena itu, para prajurit menamakan menara tersebut Pondok Cinta. Biasanya, mereka menghubungi keluarga secara bergantian karena keterbatasan sinyal. Apabila sinyal digunakan berbarengan, bisa-bisa mereka gagal tersambung dengan keluarga.
”Teleponnya juga khusus, yang jadul. Android dan Apple tidak berguna di sini,” tutur Nuryanto seraya tertawa. Benar saja. Seluruh ponsel rombongan dari Jakarta tidak bisa digunakan di area itu.
Untuk mendapatkan sinyal, ponsel harus dibebat dengan tali, kemudian digantungkan setinggi mungkin di Pondok Cinta. Setiap prajurit menggunakan earphone agar tidak perlu memegang ponsel. Dengan cara tersebut, ponsel tidak akan bergerak dan sinyal bisa stabil.
Satu hal yang diharapkan para prajurit di perbatasan adalah kendaraan operasional. Apabila ada kendaraan, mereka bisa lebih mudah mengakses Long Nawang untuk membeli kebutuhan logistik. Selama ini, mereka menumpang mobil warga apabila hendak pergi ke Long Nawang. ”Pernah kami dari Long Nawang, karena tidak ada kendaraan, akhirnya jalan kaki ke sini. Berangkat pagi, sampai sini lewat tengah hari,” tambahnya. (*/rie)