Selama ini, perusahaan itu menjadi salah satu tumpuan warga Long Nawang untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok. Mereka kerap berbelanja di toko milik perusahaan dan membawanya kembali ke desa. Karena itu, setiap hari selalu ada warga yang melintasi perbatasan. Mereka tidak menggunakan kartu pelintas batas karena otoritas Malaysia tidak mempermasalahkannya.
Nuryanto memastikan bahwa pihaknya selalu mencatat siapa saja warga yang menyeberangi perbatasan. Baik WNI maupun warga Malaysia. Untuk WNI, selain berbelanja, tujuan utama menyeberangi perbatasan adalah bekerja. Kebanyakan bekerja sebagai buruh kasar di Tapak Mega. Sedangkan warga Malaysia biasanya menyeberangi perbatasan untuk mengunjungi keluarga mereka di Long Nawang dan sekitarnya, tidak pergi lebih jauh.
Para prajurit tidak memberlakukan pengetatan bagi masyarakat adat dalam melintasi perbatasan. Yang penting, identitas, keperluan, dan berapa lama mereka ke luar negeri selalu dicatat. ”Setiap kendaraan dan barang bawaan yang melintas juga kami periksa mendetail,” timpal Prajurit Kepala Susanto yang mendampingi Nuryanto.
Nuryanto menambahkan, timnya punya program patroli perbatasan minimal setiap dua pekan. Selain mengecek patok-patok perbatasan, para prajurit memantau aktivitas kamp Tapak Mega. Jangan sampai sejengkal pun alat berat mereka masuk, apalagi menyentuh pohon di wilayah Indonesia. ”Kami dapat informasi, persediaan pohon besar mereka mulai menipis,” tandasnya.
Dulu, alat berat kamp Tapak Mega pernah masuk dan menebang pohon di wilayah Indonesia. Alhasil, alat berat itu disita oleh pemerintah Indonesia. Karena itu, pemantauan terhadap aktivitas kamp Tapak Mega diperketat. Meskipun pemantauan tetap dilakukan dari wilayah Indonesia karena menghormati kedaulatan Malaysia.
Selama ini, hubungan tentara perbatasan di kedua negara sangat baik. Mereka saling mengunjungi pos perbatasan masing-masing. Demi menghormati kedaulatan masing-masing, kunjungan hanya dilakukan sampai pos perbatasan. Tidak lebih.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, menjaga perbatasan bisa jadi pekerjaan yang menjemukan. Tapi, para prajurit mendapatkan keasyikan tersendiri dalam menjaga perbatasan. Untuk menghibur diri, mereka bisa juga mengunjungi Pondok Cinta demi mendapatkan kasih sayang.
Jangan buru-buru berpikir terlalu jauh. Pondok Cinta yang dimaksud adalah dua menara kayu setinggi 10 meter dan 15 meter di dekat PLB. Para prajurit biasa datang ke Pondok Cinta untuk satu tujuan. Menelepon keluarga. Sebab, hanya di dua lokasi itulah mereka bisa mendapatkan sinyal telepon sehingga bisa menghubungi keluarga tercinta di rumah.