Sisanya, sebanyak 60 persen mendapat hasil yang tidak seperti biasanya.
Tak hanya dipicu kekeringan, kondisi ini diakibatkan biaya produksi yang membengkak hingga jutaan rupiah. Bagi petani yang memanfaatkan sumber air dari sungai atau sumur pantek, bisa mendapatkan hasil panen sekitar 30 hingga 50 persen.
”Dalam 1 hektare sawah, hanya mampu memproduksi padi sekitar 2-4 ton. Itupun mereka merugi dan hanya bisa balik modal. Sedangkan, petani lainnya sama sekali tidak panen. Sebanyak 40 persen area sawah di Desa Tanjung gagal panen,” ujarnya.
Warna, petani asal Dusun Sakurip Desa Tanjung menambahkan, musim tanam kali ini dia kehilangan produksi padi sekitar 30 persen. Biasanya dari satu hektar sawah, ia bisa memperoleh hasil panen mencapai 6-7 ton.
”Sudah keluar biaya ekstra, hasil tak maksimal. Air dapat nyedot, lebih cepat mengering. Jadi pertumbuhan padi menjadi tidak maksimal, dan menurunkan hasil produksi padi,” imbuhnya. (bds/dan/din/rie)
[box type=”shadow” align=”” class=”” width=””]
Desa Kekeringan:
Rancadaka
Gempol
Kalemtambo
Patimban
Karanganyar
Mundusari
Kebondanas
Tanjung (Cipunagara).
[/box]