’’Ning kene pit ngebut ora payu. Wong-wong ora wani numpak pit karo ngebut. Iso ketendang mobil (Di sini sepeda balap tidak laku. Orang-orang tidak berani naik sepeda dengan ngebut. Bisa ditabrak mobil),’’ papar suami Florine M. Radji itu.
Memang tidak banyak jalan di Suriname yang dilengkapi lampu lalu lintas. Polisi juga jarang terlihat turun ke jalan untuk mengatur keruwetan laju kendaraan. Semua diserahkan kepada kesabaran dan toleransi para sopir di jalan.
Karena itu, tak jarang terjadi kesemrawutan di simpul-simpul tertentu, kemacetan panjang, atau bahkan tabrakan mobil karena saling serobot. Orang di sana menyebut tabrakan dengan tendang-tendangan.
Meski hanya berjualan sepeda dengan item tertentu, Radji mengaku bisa menangguk banyak keuntungan. Bahkan, dari keuntungan berjualan sepeda itulah dia bisa menghidupi stasiun televisi dan radio ’’Jawa’’. Ya, Radji memiliki sebuah stasiun televisi dan radio yang mengkhususkan diri pada upaya melestarikan bahasa serta kebudayaan Jawa. Namanya radio dan TV Garuda.
Radji menyebut dua usaha ’’sampingan’’ itu sebagai cara untuk tetap bisa mempertahankan kebudayaan Jawa di Suriname yang makin global. Dia merasa miris melihat kondisi kebudayaan Jawa yang mulai ditinggalkan masyarakatnya sendiri.
’’Ini cara saya agar kebudayaan Jawa tetap dipegang orang-orang Jawa di sini. Sebab, makin lama makin sedikit orang Jawa yang tahu kebudayaan yang diwariskan nenek moyang itu,’’ tuturnya.
Karena itu, sejak usaha jualan sepedanya maju, Radji berinisiatif menyisihkan sebagian keuntungan untuk membiayai pengoperasian radio dan televisi Garuda. Radio Garuda mulai mengudara pada 1996, sedangkan Televisi Garuda mulai tayang pada 2000.
Radio dan TV Garuda memiliki konten acara yang sebagian besar terkait dengan masyarakat Jawa. Misalnya, acara Wartos Kasripahan (berita kematian) atau pilpen Kotak Lawas (pilihan pendengar lagu-lagu lama). Radio Garuda siaran 24 jam dengan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi utamanya.
’’Tak kiro ning Indonesia wae ora ono radio sing siaran pat likur jam nganggo basa Jawa. Tapi, Radio Garuda duweni iku (Saya kira di Indonesia saja tidak ada yang siaran 24 jam dalam bahasa Jawa. Tetapi, Radio Garuda melakukannya),’’ papar Radji yang sudah 13 kali ke Indonesia untuk urusan bisnis dan menemui karibnya, para artis Jawa seperti Didi Kempot, Ira Herlina, Indah Oni, Edy Nuansyah, dan Grup Lare Jawi dari Solo.