Seiring dengan perjalanan bisnis Kopi Kina yang hampir berusia tiga tahun, Cornelius melihat masyarakat kini mulai aware terhadap specialty coffee dari Indonesia. ’’Saya melihat perkembangannya luar biasa. Setidaknya kalau dilihat dari pengunjung yang datang memesan maupun yang hadir saat diskusi,’’ jelasnya.
Dulu dalam setiap diskusi kopi di Kopi Kina, yang hadir hanya beberapa orang. Kini mulai mencapai belasan. Begitu pula pengunjung yang datang pada hari biasa. Cornelius mengungkapkan, tiap malam kedainya selalu penuh. Gurihnya pasar penikmat kopi itulah yang membuat Kopi Kina mulai mengembangkan sayap. Dalam waktu dekat kedai kopi itu membuka cabang di Sudirman Central Business District (SCBD), salah satu lokasi prestisius di Jakarta.
Cornelius berharap ketertarikan masyarakat mengenal kopi spesial, terutama yang berasal dari Indonesia, itu terus dipupuk. Lebih-lebih oleh pemerintah selaku regulator. Sebab, jika masyarakat tidak terus diedukasi, Cornelius khawatir tren menikmati kopi spesial Indonesia akan luntur seperti bisnis-bisnis kuliner musiman.
Menurut Cornelius, peran pemerintah sebenarnya sudah baik. Dia mencontohkan adanya aturan sertifikasi terkait indikasi geografis penamaan kopi. Sertifikasi indikasi geografis itu semacam label SNI. ’’Saya melihat selama ini pemerintah juga sudah rajin menggelar pameran-pameran kopi. Meskipun belum serius sih,’’ ujarnya.
Menurut Tony Wahid, pemerhati kopi, jika ada rekor MURI untuk kedai kopi paling banyak menyediakan kopi se-Nusantara, dirinya yakin gelar tersebut diraih Kopi Kina. Dengan segala keterbatasan, Cornelius dianggap mampu menawarkan kebinekaan kopi Nusantara secara lengkap. Semangat itu sesuai dengan tagline Kopi Kina, Kopi Seluruh Indonesia. (*/c9/sof/hen)