[tie_list type=”minus”]Pakai Handphone Lama Tertahan Kondisi Mendung [/tie_list]
Mereka hanya mengandalkan hujan untuk kebutuhan air minum sehari-hari. Dua bak berukuran sekitar 1,5 meter x 2 meter disiapkan persis di samping kanan, areal pos Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Lintas Batas Indonesia-Malaysia, yang terletak di Desa Long Nawan, Kayan Hulu, Malinau, Kalimantan Timur.
Ken Girsang-Malinau
SEMENTARA untuk kebutuhan mandi, mencuci dan lain-lain, sekitar 15 prajurit TNI dari Yonif 527 Baladibya Yudha, Brawijaya yang bertugas, harus mengandalkan air dari cerukan menyerupai alur kecil, terletak sekitar 20 meter di depan pos yang sebenarnya sudah berada di wilayah Malaysia.
Kondisi ini menurut Wakil Komandan Jaga, Sertu TNI Nuryanto, harus mereka jalani setiap hari. Sebab, posisi pos lintas batas berada di ketinggian 970 meter di atas permukaan laut. Bahkan ketika musim kemarau tiba, mereka harus siap-siap naik turun bukit berjarak lebih dari 10 kilometer.
’’Pergantian petugas itu sembilan bulan sekali mas. Kami baru bertugas di sini selama dua bulan. Untuk air minum kami menampung air hujan,’’ ujar Nuryanto, Senin (17/8).
Di tengah kondisi serba keterbatasan, Nuryanto mengaku siap menjalankan tugas tidak hanya di pos lintas batas yang ada. Namun harus berpatroli secara berkala menyusuri 800 patok batas yang terbentang di sekitar Long Nawan.
Apalagi beberapa minggu terakhir alat-alat berat milik perusahaan kayu asal Malaysia sudah terdengar beroperasi dari pos lintas batas. Diperkirakan jaraknya hanya sekitar 500 meter sampai satu kilometer. Karena itu, penjagaan lebih intensif dilakukan.
’’Kalau gangguan belum ada mas. Cuma dulu katanya pernah ada alat berat Malaysia masuk (ke wilayah Indonesia, red),’’ ujarnya.
Pandangan Nuryanto diperkuat pendapat yang disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Batas Negara Kalimantan Utara, Ihin Surang. Pria yang sebelumnya pernah menjabat Camat di Kayan Hulu ini mengatakan, alat berat milik Malaysia pernah masuk sekitar tahun 2008 lalu.