Ada lagi cerita lucu selama syuting. Saat adegan Surip ditarik dari pasar, preman yang menariknya—Joni dan Iwan—juga tidak maksimal. Mereka ragu-ragu menarik badan Priyo, karena dia seorang TNI. Bahkan, usai syuting kedua pemeran preman pasar itu minta maaf kepada Priyo. Tetapi Priyo tidak mempermasalahkan hal tersebut. Menurutnya, setiap tindakan harus profesional, terutama dalam berakting. ’’Apalagi saya nggak ada basic akting. Nah, di sinetron ini saya belajar banyak,’’ ucap pria yang juga hobi menyanyi ini.
Usai membintangi sinetron yang sedang hits itu, tawaran-tawaran off air mulai berdatangan. Seperti acara jumpa fans, undangan jadi bintang tamu, atau sekedar main jadi figuran di FTV Preman Pensiun. Dia juga pernah mewakili casts Preman Pensiun dalam acara modeling di kawasan Jalan Peta bersama pemeran Pipit dan Murad. Lucunya, mereka bertiga harus berlenggak-lenggok juga di atas catwalk layaknya model profesional.
’’Saya akting aja nggak ada basic, gimana modeling. Tapi ya akhirnya dilakukan juga. Nggak apa-apa lah, yang penting bisa menghibur masyarakat,’’ ucap atlet tembak TNI yang masih menduduki peringkat pertama ini.
Di saat agenda syuting sedang break seperti sekarang, Priyo juga punya kesibukan lain di luar kantor. Sarjana Hukum dari Uninus ini sering mampir ke kantor advokat untuk belajar. Beberapa hal legal yang berhubungan dengan Preman Pensiun pun sempat Priyo handle. Seperti, saat ada peredaran kaos palsu Preman Pensiun. Tapi, dia meluruskan hal yang menyangkut hukum itu dengan kekeluargaan. ’’Ya saya caranya menyelesaikan di luar pengadilan. Kalau masih bisa secara kekeluargaan kenapa nggak,’’ ujarnya.
Melalui aktivitasnya di dunia hiburan, Priyo ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa TNI atau militer itu bisa juga berkarya di bidang lain. Dan bisa menghibur masyarakat. Selain itu, melalui akting, Priyo mengaku merasa lepas, bebas berkarya. Menurutnya, hal ini baik untuk terapi kontrol emosi. ’’Bertemu dengan fans membuat saya senang. Karena anak kecil aja tahu sama saya meskipun manggilnya Kang Euis. Walaupun kata orang saya sangar, buktinya kan nggak selalu begitu,’’ ucap pria yang pernah dinas di Aceh, Papua dan Ambon ini.