[tie_list type=”minus”]Berkenalan dengan Priyono, Pemeran Pengamen dalam Sinetron Preman Pensiun[/tie_list]
“Euis, ngke antosan heula,” Penggalan lagu pop Sunda berjudul Euis itu tidak pernah beres dinyanyikan Surip, pengamen dalam sinetron Preman Pensiun 2. Siapa sangka, Surip yang urakan itu ternyata seorang prajurit Kopassus.
Silvya M. Utami, Lengkong.
AKRAB: Priyono (kanan) bersama Komandan Detasemen Markas Sesko TNI Ahmad Alfajar.
PEMERAN Surip itu bernama Priyono, 35. Setiap pagi jam 04.30, Priyono sudah siap di lapangan untuk membina fisik para siswa yang sekolah di Sesko TNI. Dilanjutkan senam, lari 3.200 meter, dan pelemasan. Prajurit Kopassus berpangkat Bintara ini memang bertugas membina jasmani siswa-siswanya sejak tahun 2006.
’’Tapi olah fisiknya juga nggak sembarangan. Perlu prosedur khusus untuk keselamatan peserta ,’’ kata Priyo—sapaan akrabnya, saat ditemui Bandung Ekspres di kantornya, Jalan Martanegara, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, Selasa (11/8) lalu.
Tak heran, sebab siswa yang dimaksud Priyo, usianya di atas 45 tahun. Hal ini karena Sesko TNI merupakan sekolah untuk calon pejabat TNI. Seperti, Jenderal, Panglima, Brigjen, atau Perwira Tinggi. Kesibukannya sebagai Bintara Jasmani berlangsung setiap Senin sampai Jumat, pagi hingga sore. Sehingga, di sore harinya, Priyo bisa melakukan aktivitas lain.
’’Biasanya sore itu waktu untuk saya syuting. Jam 4 atau jam 5 sore,’’ sebut ayah satu anak ini.
Calling-an syuting yang seringkali mendadak, membuat Priyo harus siap kapan saja. Oleh karena itu, properti untuk syuting dia bawa ke mana-mana dan selalu ada di dalam mobilnya. Seperti, topi merah, gitar, anting magnet, dan baju urakan khas pengamen. ’’Kalau ibarat cewek, tas make-up gitu lah,’’ sambungnya seraya tersenyum.
Pria asal Cilacap, Jawa Tengah ini mengaku, keterlibatannya di sinetron Preman Pensiun 2 murni melalui proses casting. Saat itu, sang sutradara, Aris Nugraha, meminta Priyo berperan sebagai Surip, pengamen pasar. Tanpa ragu, Priyo menerima tawaran itu.
Namun, dia sempat merasa kesulitan di scene awal. Saat itu, dia diharuskan mengekspresikan rasa takut kepada preman yang menjaga pasar. Karena Priyo seorang prajurit Kopassus yang tak kenal rasa takut, scene tersebut gagal. Di situ sang sutradara meminta take ulang. ’’Saya nggak takut siapa-siapa kecuali Allah SWT. Makanya waktu itu saya ekspresi takutnya nggak ada. Tapi saya minta waktu sebentar ke sutradara untuk menyesuaikan diri, akhirnya bisa,’’ ceritanya.