SELAMA bulan Ramadan, kata itikaf cukup populer. Banyak kaum muslimin yang melakukan i’tikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT di bulan yang penuh berkah ini.
Pengajar Pondok Pesantren Almuawanah, Ustadz Muhammad Nashiruddin mengatakan, tidur di masjid saat puasa akan lebih baik dan lebih bermakna jika seandainya dilakukan sambil berniat melakukan itikaf. ”Itikaf di masjid inilah yang dianjurkan ketika seseorang melaksanakan ibadah puasa. Kalau sudah diiringi dengan niat, itikaf di masjid ini bisa diisi dengan berbagai ibadah semisal berdzikir sambil rebahan atau tiduran,” ujar Nashir di Cibiru belum lama ini.
Dia menyatakan, pada 10 malam terakhir Nabi Muhammad SAW lebih meningkatkan lagi ibadahnya, sehingga pada malam itu Rasulullah tidak tidur dan melakukan itikaf di masjid.
”Jadi, cara Nabi Muhammad SAW beribadah pada 10 malam terakhir berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Rasulullah pada 10 malam terakhir lebih meningkatkan lagi ibadahnya bahkan beliau tidak tidur di rumah sampai selasai Sahalat Subuh,” ujarnya.
Ia menyatakan, pada 10 malam terakhir itu ada satu malam yang afdhal, yaitu turunnya Lailatul Qadar, di mana ibadah pada malam itu lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun.
Dmenuturkan, minat masyarakat itikaf sangat besar saat memasuki 10 hari terakhir Ramadan. Ini karena antusias umat muslim ingin mendapatkan Lailatul Qadar sangat tinggi. (kha/fik)