Camat Glenmore, Susanto Wibowo mengatakan, bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Disosnakertrans) Kabupaten Banyuwangi, telah melakukan upaya untuk memulangkan jenazah Angeline ke rumah duka di Desa Tulungrejo. ’’Kita sudah lakukan, pak Kepala (Disisnakertrans) sudah ke Bali untuk melobi agar jenazah bisa dibawa pulang,’’ katanya.
Sanksi bagi pelaku kejahatan seksual anak di Indonesia dinilai terlalu ringan. Hukuman maksimal 15 tahun kurungan penjara dan denda Rp 5 miliar, dalam Undang-undang perlindungan anak, dianggap tak setimpal dengan kejahatan yang dilakukan. Apalagi, punishment tersebut ternyata tidak menimbulkan efek jera dan efek takut bagi para predator seksual anak. Buktinya, hingga kini masih banyak anak-anak yang menjadi sasaran kebuasan nafsu mereka.
Pemerhati anak, Seto Mulyadi mengatakan, pemerintah seharusnya berani mengambil langkah tegas untuk menghukum predator seksual anak. Misalnya, hukuman seumur hidup, kebiri hingga hukuman mati. Dengan demikian, pelaku atau calon pelaku akan berfikir seribu kali sebelum melakukan niat buruknya.
’’Jika pemerintah bisa menghukum mati pengedar narkoba yang dirasa membahayakan anak bangsa, kenapa tidak dengan predator seksual anak? Bukannya sama,’’ tegas pria yang akrab disapa Kak Seto itu pada Jawa Pos (Group Bandung Ekspres) kemarin (11/6).
Dia menuturkan, langkah itu akan sangat berarti bagi anak-anak Indonesia dalam menyambut hari anak pada 23 Juli nanti. Dalam momentum itu, dapat disisipkan gerakan nasional untuk menyelamatkan anak Indonesia dari kejahatan, baik seksual mauapun kekerasan lain.
Menurut pencipta karakter ’’Si Komo’’ itu, gerakan tersebut akan kembali membuka mata masyarakat tentang gawatnya kondisi anak-anak Indonesia. Sehingga, masyarakat akan kembali ’’awas’’ dan saling memperhatikan lingkungan sekitarnya. ’’Diharapkan, dilingkungan Rukun Tetangga misalnya, dapat saling menjaga. Kemudian dibentuk seksi khusus pengawasan anak,’’ tuturnya.
Sementara itu, untuk pihak orang tua, ada beberapa cara yang disarankan olehnya untuk langkah antisipasi. Pertama, sejak anak mulai bisa bicara harus dijelaskan tentang sex education. Pelajaran ini dapat diberikan mulai dari materi ringan. Seperti, menolak dibantu orang lain saat membasuh organ intim.
Pelajaran lain, dapat berupa pengenalan underwear rules. Seorang anak diajarkan bahwa mereka tidak boleh membiarkan seseorang menyentuh bagian tubuh mereka yang tertutup pakaian dalam. Begitu juga sebaliknya. ’’Penjelasan itu menegaskan bahwa tubuh adalah milik pribadi. Ada sentuhan baik dan buruk,’’ ungkapnya.