JAKARTA – Tarif listrik non subsidi mengikuti bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax untuk naik. PT PLN (Persero) memutuskan untuk menyesuaikan tarif mulai dari Rp 6,6 sampai Rp 9.43 dari tarif Mei. Tidak terlalu besar, tetapi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap kenaikan itu dibarengi dengan perbaikan pelayanan.
Alasannya, Juni dan Juli merupakan bulan yang krusial bagi para pengusaha. Momen puasa Ramadan dan lebaran membuat kinerja perusahaan harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. ”Tarifnya berubah karena mengikuti fluktuasi faktor pembentuknya,” ujar Deputy Manager Public Relation PLN Sampurno Marnoto.
Dia lantas menjelaskan, faktor yang berperan banyak pada kenaikan listrik pada Juni adalah minyak dunia. Saat PLN melakukan review tarif, terjadi kenaikan harga minyak dari USD 53 menjadi USD 57 per dolar. Lantas, diikuti dengan inflasi yang juga naik dari 0.17 ke 0.36.
”Untuk nilai rupiah, malah turun dari Rp 13 ribuan menjadi Rp 12 ribuan,” jelasnya. Saat disinggung soal harga minyak dunia yang cenderung meningkat, dia menyebut tarif saat lebaran tiba bisa naik. Apalagi, kalau melihat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang melemah.
Namun, dia tidak mau terburu-buru mengambil kesimpulan. Meski ada kecunderungan meningkat, bisa saja ada beberapa faktor yang turun pada pertengahan bulan. Oleh sebab itu, lebih baik tidak berspekulasi terhadap tarif listrik Juli. ”Kecenderungannya memang seperti itu, tapi siapa tahu nanti turun,” tuturnya.
Terpisah, Ketua Harian Apindo Anton J. Supit memilih untuk berpikir positif. Meski kenaikan tarif seringkali membuat pengusaha mengelus dada, tetapi kalau sudah waktunya naik, mau bagaimana lagi. ”Yang paling penting, dalam rangka meningkatkan daya saing pemerintah dan swasta sinergi,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, para pengusaha untuk berusaha untuk melakukan efisiensi energi di dalam pabrik. Tuntutan serupa juga harus dilakukan PLN supaya bisa menyediakan listrik dengan tarif yang lebih baik. Termasuk, menjamin ketersediaan listrik. Saat ini, dia memang tidak lagi banyak menemui keluhan soal byar pet.
Entah karena PLN sudah memperbaiki layanan, atau pengusaha sudah menanggap mati listrik sebagai hal biasa. Jadi, tidak perlu melaporkan. Yang jelas, jaminan ketersediaan listrik menjadi penting karena permintaan terhadap berbagai meningkat. ”Prediksi kami, meningkat. Tapi tidak lebih dari 15 persen,” jelasnya. (dim/fik)